
Suatu hari, pada hari Kamis, aku ditugaskan mengunjungi sebuah sekolah SMP di kota Bontang untuk melaksanakan tugas sebagai pengajar Praktik, mendampingi calon Guru Penggerak angkatan 11 kota Bontang. Agenda pendampingan hari itu adalah observasi kelas penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), dan Budaya Positif.
Saat masuk ke kelas 8, aku melepaskan sepatuku dan meletakkannya di samping pintu. Observasi berlangsung selama beberapa menit ketika hujan deras mulai turun. Aku menyadari bahwa sepatuku terkena cipratan air hujan, namun aku memilih untuk tetap fokus pada tugas observasi.
Setelah kelas berakhir, saat hendak keluar dan mengenakan sepatu, aku terkejut melihat sepatuku telah dipindahkan ke depan pintu dalam keadaan bersih dan rapi. Penasaran, aku bertanya kepada calon Guru Penggerak yang berada disampingku, “Siapa yang menyiapkan sepatuku?”
Dia menjawab, “Itu siswa tadi, Bu. Mereka membersihkan sepatu Ibu dengan tisu agar tetap kering dan bersih.”
Seketika aku tertegun. Perbuatan sederhana namun penuh makna ini membuatku terharu. Masih ada siswa yang menunjukkan kebaikan hati dan akhlak mulia. Aku merasa bangga dan tersentuh. “Aku bangga padamu, nak,” ucapku dalam hati.
Refleksi:
Kejadian ini mengingatkanku bahwa di luar observasi teknis, ada banyak pelajaran penting yang bisa kita dapatkan dari tindakan kecil siswa. Sikap spontan siswa membersihkan sepatuku tanpa diminta menunjukkan bagaimana pembelajaran sosial emosional dan budaya positif telah tertanam dengan baik di sekolah ini.
Sebagai pendidik, kita sering kali terfokus pada pencapaian akademis dan teknis. Namun, momen ini mengajarkan bahwa pendidikan karakter melalui kebaikan hati dan kepedulian adalah bagian tak terpisahkan dari misi kita. Tindakan sederhana yang dilakukan siswa ini mencerminkan nilai-nilai luhur yang ingin kita kembangkan melalui Pembelajaran Sosial Emosional dan Budaya Positif.
Pengalaman ini mengingatkanku bahwa pendidikan sejati tidak hanya tercermin dalam buku atau lembar penilaian, tetapi dalam perilaku sehari-hari yang penuh kebaikan. Sebagai guru, kita juga belajar dari murid-murid kita. Sikap peduli dan akhlak baik mereka adalah buah dari lingkungan belajar yang mendukung pengembangan karakter, dan tugas kita adalah terus menumbuhkannya.

