
Masa-Masa Awal Pertemuan
Prema pertama kali bertemu Nitya di sebuah kota kecil dalam suatu pekerjaan. Pertemuan itu terasa biasa saja pada awalnya, namun waktu membuat segalanya berubah. Nitya, seorang pria yang tengah dilanda kekosongan batin, menemukan sesuatu yang berbeda dalam diri Prema. Kesederhanaannya yang tulus berpadu dengan kecerdasannya yang mengesankan. Nitya merasa ada cahaya baru yang menyusup ke dalam hidupnya.
Namun, bagi Prema, ada sesuatu yang lebih mendalam. Pertemuan ini terasa seperti deja vu, seolah-olah ia telah mengenal Nitya jauh sebelum pertemuan pertama mereka. Lambat laun, Prema menyadari bahwa ia tidak hanya merasa simpati terhadap Nitya, tetapi juga memiliki perasaan yang lebih kuat. Dalam hatinya, ia merasakan cinta yang sulit dijelaskan, seakan mereka memiliki ikatan yang telah terjalin di kehidupan sebelumnya.
Kehidupan di Masa Lalu
Di kehidupan masa lalu mereka, Prema dan Nitya adalah pasangan yang sangat bahagia. Mereka memiliki dua putra kembar dan satu putri yang menjadi pusat kehidupan mereka. Selama periode mengurus anak-anak, Prema juga bekerja sebagai seorang pengajar. Sementara Nitya adalah seorang pujangga dan penyair hebat pada masa itu. Hidup mereka terlihat sempurna dari luar, penuh dengan cinta dan kebahagiaan.
Namun, kebahagiaan itu hancur ketika Prema menyaksikan sendiri pengkhianatan Nitya bersama wanita lain. Tanpa perdebatan, Prema memilih meninggalkan rumah. Ia membawa ketiga anaknya dan tinggal di sebuah padepokan. Dalam penderitaan batin yang tiada tara, Prema berusaha membesarkan anak-anaknya dengan penuh cinta di tempat itu. Pemilik padepokan, seorang yang bijaksana dan penuh kasih, memberikan Prema kesempatan untuk mengajar di sana, memberinya harapan baru untuk melanjutkan hidup.
Masa-Masa Kedekatan
Seiring berjalannya waktu, hubungan pertemanan mereka di kehidupan sekarang terjalin semakin erat. Lebih dari setahun mereka saling berkomunikasi dengan sangat intens. Dalam obrolan-obrolan mereka, Nitya mulai menemukan semangat baru yang lama hilang. Prema, dengan sifatnya yang peduli dan bijaksana, menjadi tempat Nitya mencurahkan segala keresahan dan mimpi-mimpinya. Bagi Prema, melihat pertumbuhan dan kebangkitan semangat Nitya adalah kebahagiaan tersendiri. Ia merasa telah membantu seseorang menemukan kembali arah hidupnya.
Namun, Prema juga menyadari kelemahannya sendiri. Ia sadar bahwa meski Nitya sering menunjukkan sifat manipulatif, ia tetap tidak mampu menjauh. Sebuah ingatan samar dari masa lalu muncul di benaknya — sebuah kehidupan di mana ia dan Nitya pernah bersama sebagai pasangan. Dalam kehidupan itu, cinta mereka hancur oleh pengkhianatan Nitya. Meski begitu, Prema merasa belum sepenuhnya mampu move on dari rasa kehilangan di masa lampau.
Nitya berjanji kepada Prema bahwa ia akan memperbaiki kesalahannya. “Bersabarlah, Prema. Tunggu waktunya, aku akan bersamamu kembali,” katanya berulang kali. Setiap kali dalam perdebatan, Nitya selalu memohon, “Jangan tinggalkan aku lagi. Berjanjilah satu hal padaku, jangan tinggalkan aku.”
Kata-kata ini menyentuh hati Prema yang rapuh. Hari demi hari, Prema semakin mempercayai Nitya. Ia berusaha memberi Nitya kebahagiaan dengan cerita-cerita lucu, membantunya tertawa lepas, dan menghidupkan kembali semangatnya. Meski tahu bahwa Nitya sering membiarkannya sendiri, Prema tetap berpegang pada janji-janji yang diberi Nitya.
Masa Kritis
Segalanya berubah drastis ketika Pur, istri Nitya, menemukan jejak komunikasi mereka. Komunikasi yang di temukan Pur adalah Komunikasi yang wajar, saat itu Nitya merasa bingung karena Prema tidak berhasil di hubungi. Ia menulis pesan dalam sms, adik, Lagi apa? Sudah makan Belum? Namun ketika di temukan oleh Pur, Nitya menjawab itu pesan dari Prema, dan Pur mempercayai itu. Jelas-jelas itu adalah pesan Nitya yang tak terkirim ke nomor Prema.
Tuduhan keras dilontarkan kepada Prema. Ia dituduh sebagai perusak rumah tangga, seorang pelakor yang telah menghancurkan hubungan Nitya dan Pur. Kata-kata Pur yang penuh hinaan dan kemarahan mengguncang Prema, tetapi yang paling melukai bukanlah tuduhan itu. Yang paling menyakitkan adalah pengkhianatan dari Nitya. Di hadapan istrinya, Nitya memutarbalikkan fakta, mengatakan bahwa Prema yang memulai semuanya.
Melalui sebuah akun media sosial, dari tempatnya bekerja, Nitya menghubungi Prema. Nitya menjelaskan singkat apa yang terjadi, ia juga meminta maaf atas tuduhan dan hinaan yang di lontarkan Pur untuk Prema. Dalam obrolan itu, Nitya menulis, “Tolong aku, jangan katakan pada Pur bahwa aku yang menghubungimu lebih dulu,” pintanya dengan nada memelas namun penuh manipulasi.
Permintaan itu membuat Prema merasa hancur. Ia dikhianati oleh seseorang yang selama ini ia dukung dan bantu dengan tulus. Dalam sekejap, hubungan yang pernah ia banggakan berubah menjadi kenangan yang pahit. Prema sadar bahwa ia telah jatuh cinta pada seseorang yang tidak layak menerima cintanya, sama seperti di kehidupan sebelumnya.
Tersadar
Dengan hati yang berat namun pikiran yang jernih, Prema membuat keputusan besar. Meski ia sering kali lemah, kali ini ia bersikeras untuk mengambil langkah demi melindungi dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk memutus semua komunikasi dengan Nitya. Prema tahu bahwa melanjutkan hubungan ini hanya akan membawa lebih banyak luka. Ia juga menolak permintaan Nitya untuk menutupi kebenaran. Baginya, tidak ada alasan untuk berbohong atau melindungi seseorang yang telah mengorbankannya. Dan meskipun hinaan Pur terus terngiang di telinganya, Prema memilih untuk tidak melibatkan dirinya lebih jauh dalam konflik tersebut.
Namun, luka itu tetap ada. Prema menangis, merasa terkhianati dan dikorbankan. Tapi tangisannya bukan tanda kelemahan, melainkan awal dari penyembuhan. Dalam diamnya, Prema menemukan kekuatan untuk bangkit.
Dalam upaya untuk bangkit, Prema mengenang saat-saat mereka bersama, saat itu sering kali Prema merasakan campuran kebahagiaan dan ketakutan setiap kali terhubung dengan Nitya. Ada kebahagiaan dalam suara Nitya, dalam melihatnya tertawa, tetapi juga ada rasa takut yang perlahan merayap. Takut bahwa pengkhianatan masa lalu akan terulang lagi. Ketakutan itu akhirnya menjadi kenyataan. Dalam bentuk yang berbeda, Nitya tetap mengkhianati Prema. Pada masa lampau pernikahannya dihianati, sedangkan di kehidupan Sekarang, hubungan pertemanannya dihianati dan bahkan dikorbankan. Di tumbalkan untuk melindungi dirinya.
Prema mulai merasakan bahwa kehadirannya selama ini tidak berarti bagi Nitya. Semua kesempatan yang ia berikan, semua cinta dan dukungan yang ia curahkan, terasa sia-sia. Nitya bahkan berani meminta Prema menutupi kebenaran, memintanya untuk mengorbankan harga dirinya. Setelah semua ini, Prema menyadari bahwa ia telah menerima kekejaman bukan hanya dari Nitya, tetapi juga dari Pur, istri Nitya, yang tanpa henti menghina dan menuduhnya.
Pelajaran dari Luka
Prema menuliskan kisah ini sebagai pengingat, Bukan untuk membangkitkan kembali rasa sakit, tetapi untuk menegaskan pada dirinya sendiri bahwa ia telah melalui badai ini. Prema adalah bukti bahwa meskipun seseorang dihancurkan oleh pengkhianatan, ia bisa memilih untuk bangkit dan tidak membiarkan pengkhianatan itu menghancurkan hidupnya.
Pada akhirnya, Prema sadar bahwa ia tidak bisa mengontrol apa yang orang lain pikirkan atau lakukan. Namun, ia bisa mengontrol bagaimana ia merespons, dan responsnya adalah dengan melangkah maju, meninggalkan jejak pengkhianatan di belakangnya, dan membuka babak baru dalam hidupnya.
