Kemelekatan

NM. Adnyani

Dalam perjalanan hidup, kita sering merasa terhubung secara mendalam dengan seseorang, seolah-olah ada ikatan yang lebih dari sekadar hubungan biasa. Ada yang menyebutnya sebagai soul connection, sementara yang lain merasa hubungan ini adalah bagian dari takdir. Namun, apakah hubungan seperti ini benar-benar sehat? Apakah ini cinta sejati atau hanya bentuk attachment (kemelekatan) yang tidak kita sadari? Bagaimana Attachment Theory (Teori Kemelekatan) memengaruhi cara kita mencintai.

“Mengikatkan jiwa” (soul bonding) bisa memiliki makna yang luas, tergantung dari sudut pandang kita. Jika hanya dibangun di alam fisik, hubungan itu cenderung sementara, bergantung pada kondisi eksternal. Jika dibangun di lapisan mental dan spiritual, hubungan tersebut lebih mendalam, didasarkan pada pemahaman dan resonansi batin. Namun, ada satu bentuk hubungan yang bahkan lebih tinggi: hubungan yang didasarkan pada ketulusan dan cinta tanpa pamrih (selfless love).

Ketika hubungan dijalin tanpa ego (ego-free connection), tanpa keinginan untuk memiliki (non-possessive love), dan tanpa rasa takut kehilangan (fearless love), maka hubungan itu bisa disebut sebagai hubungan yang sejati. Cinta yang tulus tidak mengikat dengan belenggu kepemilikan, tetapi justru membebaskan. Namun, di sisi lain, kita juga sering mendengar istilah kemelekatan (attachment)—sebuah kondisi di mana kita begitu terikat pada seseorang atau sesuatu hingga kita merasa sulit melepaskan. Inilah yang sering kali menjadi akar dari penderitaan dalam hubungan.

Dalam psikologi, Teori Kemelekatan (Attachment Theory) menjelaskan bagaimana manusia membentuk hubungan emosional sejak kecil, dan bagaimana pola tersebut terus berlanjut hingga dewasa. Ada empat jenis kemelekatan (attachment styles) yang umumnya ditemukan dalam hubungan manusia: Kemelekatan Aman (Secure Attachment) yaitu Seseorang merasa nyaman dalam hubungan, tidak takut kehilangan, dan mampu memberi serta menerima cinta dengan seimbang; Kemelekatan Cemas (Anxious Attachment) Dimana Seseorang selalu merasa takut ditinggalkan, sering mencari validasi, dan merasa love tank-nya (tangki cintanya) tidak pernah cukup penuh. Berikutnya Kemelekatan Menghindar (Avoidant Attachment) yaitu Seseorang cenderung menjaga jarak dalam hubungan, menghindari keterikatan emosional, dan merasa lebih nyaman sendiri; dan Kemelekatan Tidak Teratur (Disorganized Attachment) yaitu Seseorang mengalami ketidakpastian dalam hubungan: terkadang mendekat, terkadang menjauh, sering kali karena trauma atau luka emosional di masa lalu.

Jika kita memiliki pola kemelekatan yang tidak sehat, kita bisa mengalami ketergantungan emosional (emotional dependency) yang berlebihan atau, sebaliknya, ketakutan untuk terlalu dekat dengan orang lain (fear of intimacy). Dalam kondisi ini, hubungan bisa terasa berat dan penuh dengan kecemasan. Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah kita terjebak dalam kemelekatan yang tidak sehat? Salah satu indikatornya adalah bagaimana kita merasa ketika love tank kita kosong.

Nah love tank akan aku bahas secara khusus. Untuk kemelekatan aku tulis sampai di sini dulu, setelah Nanti aku belajar lagi dan memiliki pemahaman baru, aku akan menuliskannya kembali

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai