Tangki Cinta

NM. Adnyani

Mengapa Kita Sering Merasa Kurang Dicintai? Konsep Tangki Cinta (Love Tank) diperkenalkan oleh Dr. Gary Chapman dalam bukunya The 5 Love Languages. Ia menjelaskan bahwa setiap orang memiliki “tangki cinta” yang harus diisi agar merasa aman, bahagia, dan dicintai. Jika love tank ini kosong, seseorang bisa merasa tidak dihargai, tidak diinginkan, atau bahkan terjebak dalam pola hubungan yang tidak sehat.

Menariknya, ada hubungan erat antara kemelekatan (attachment) dan tangki cinta (love tank): Jika seseorang memiliki secure attachment, ia lebih mungkin merasa love tank-nya penuh. Ia bisa menikmati hubungan tanpa rasa takut kehilangan atau kurang dicintai. Sedangkan jika seseorang memiliki anxious attachment, ia sering merasa love tank-nya kosong, selalu mencari perhatian dan validasi. Sementara Jika seseorang memiliki avoidant attachment, ia mungkin menutup diri dari cinta, merasa tidak perlu mengisi atau menerima love tank dari orang lain. Terlebih lagi Jika seseorang memiliki disorganized attachment, ia mengalami ketidakpastian dalam mengisi dan menerima cinta, membuat hubungan terasa naik-turun secara emosional.

Lalu, bagaimana cara mengatasi pola ini agar kita tidak terus-menerus merasa kurang dicintai? Salah satu solusi untuk mengatasi pola kemelekatan yang tidak sehat adalah belajar mengisi love tank kita sendiri. Artinya, kita tidak hanya bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia, tetapi juga menemukan sumber cinta dari dalam diri kita sendiri. Beberapa cara untuk melakukannya. Pertama, Membangun kesadaran diri (self-awareness) dengan cara mengenali pola kemelekatan kita dan memahami bagaimana hal itu memengaruhi hubungan. Kedua, berlatih penerimaan diri (self-acceptance), yaitu dengan cara Mencintai diri sendiri tanpa menunggu validasi dari orang lain. Ketiga, Mengembangkan cinta tanpa pamrih (selfless love) dengan cara memberi cinta bukan untuk mendapatkan balasan, tetapi karena kita sudah penuh dengan cinta itu sendiri. Keempat, menjalani hubungan dengan mindfulness yaitu Menghargai kehadiran orang lain tanpa terobsesi untuk “memiliki” atau “mengendalikan” mereka.

Ketika kita belajar untuk memberi tanpa mengharapkan balasan, kita mulai memahami bahwa cinta sejati tidak selalu tentang soul bonding yang mengikat, tetapi tentang membebaskan jiwa—baik jiwa kita maupun jiwa orang yang kita cintai. Pada akhirnya, apakah kita ingin terus mencari cinta di luar diri kita, atau mulai mengisi love tank dari dalam dan berbagi cinta dengan lebih bebas?

Jika cinta adalah sesuatu yang harus dimiliki dan dikendalikan, maka kita akan terus hidup dalam ketakutan akan kehilangan. Tetapi jika cinta adalah sesuatu yang kita bagikan dengan tulus, tanpa pamrih, dan tanpa ego, maka cinta itu akan tumbuh dan mengisi hidup kita bahkan tanpa harus terikat pada siapa pun.

Cinta sejati bukanlah soal memiliki, melainkan soal memberi dengan penuh kesadaran. Dan ketika kita memahami ini, kita akan menemukan bahwa tangki cinta kita tidak pernah benar-benar kosong—karena sumber cinta yang sejati selalu ada di dalam diri kita sendiri.

– Renungan diri –

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai