Satu Sloka, Seribu Doa: Jejak Anak Hindu dalam Panggung Keberagaman

NM. Adnyani

Selasa, 27 Mei 2025 – Gedung MPB, PT BADAK NGL

Hari ini menjadi salah satu momen paling menggetarkan hati dalam perjalanan spiritual anak kami. Bertempat di Gedung MPB (Multi Purpose Building) PT BADAK NGL, digelar Prosesi Pengukuhan dan Wisuda Akbar Penghafal Kitab Suci yang diikuti oleh siswa-siswi dari berbagai agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Suasana penuh kehangatan lintas iman begitu terasa. Anak-anak yang telah menyelesaikan hafalan kitab suci masing-masing dikukuhkan secara simbolis sebagai bentuk apresiasi atas ketekunan dan kecintaan mereka terhadap ajaran agamanya.

Di tengah keragaman itu, seorang anak berdiri sendiri. Ia satu-satunya siswa Hindu yang hari ini dikukuhkan. Tanpa iringan kelompok, tanpa teman seagama. Tapi justru di sanalah kekuatannya terlihat jelas. Ia berdiri tegak, membawa nama Sanatana Dharma, sebagai penghafal Bhagavad Gita, Bab ke-18 (Moksha Sannyasa Yoga), sloka 1 sampai 10.

Tak ada hafalan yang ditampilkan hari itu. Semua telah dilalui sebelumnya — di rumah, di sekolah, dalam doa dan disiplin yang sunyi. Hari ini adalah hari pengakuan. Hari wisuda. Hari penghormatan terhadap perjuangan yang dilakukan dengan sepenuh hati.

Sebagai orang tua, saya duduk di barisan penonton dengan rasa haru yang sulit dibendung. Melihat anak saya berjalan sendiri menuju panggung, dipindahkan Tali Toga Wisuda dan menerima piagam seperti yang lain, saya tahu — meski ia sendiri dalam jumlah, tapi tidak sendiri dalam semangat.

Satu sloka yang ia pelajari, ia jaga, dan ia hormati, menjadi doa yang mewakili seluruh keyakinannya. Doa untuk kehidupan yang penuh kebajikan. Doa untuk toleransi yang hidup di antara kita. Dan doa agar langkahnya tetap berada dalam jalan dharma.

Hari ini, saya belajar sesuatu yang besar dari seorang anak kecil: bahwa iman tidak diukur dari jumlah, tapi dari keteguhan menjalaninya. Semoga prosesi ini menjadi awal yang menguatkan spiritualitasnya dan spiritualitas semua anak yang hadir — sebagai generasi yang beriman, bijak, dan saling menghormati.

Karena sejatinya, dalam keberagaman ini, kita sedang membangun masa depan yang lebih damai. Satu sloka, seribu doa, satu anak — tapi membawa harapan besar bagi kita semua.

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai