NM. Adnyani

Setelah euforia kemenangan dharma pada Hari Raya Galungan dan penutupan spiritual pada Kuningan, kehidupan tampaknya kembali seperti biasa. Aktivitas berlanjut, rutinitas menyambut, dan dunia pun bergulir seperti sedia kala. Namun, di tengah putaran waktu itu, ada satu hari yang mungkin luput dari perhatian kita: Budha Kliwon Pahang.
Hari ini jatuh tepat 35 hari setelah Galungan, dan bukan sekadar penanda waktu. Ia adalah pengingat lembut dari alam, bahwa kemenangan sejati bukan hanya saat kita berhasil melawan adharma, melainkan saat kita mampu menjaga kemenangan itu dengan konsistensi dan kesadaran.
Mengapa Harus Diingat Setelah Menang?
Selayaknya seorang pejuang, kita tahu bahwa berperang itu sulit. Tapi ternyata, bertahan dalam damai dan mempertahankan nilai-nilai kebaikan jauh lebih menantang. Setelah Galungan, godaan bisa muncul dalam bentuk baru: keangkuhan rohani, rasa cukup yang menumpulkan niat suci, atau sekadar rutinitas yang membuat kita lupa untuk kembali pada diri.
Budha Kliwon Pahang hadir sebagai jeda. Sebuah check-in spiritual: apakah aku masih berjalan dalam cahaya dharma? Apakah aku masih menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan? Atau aku mulai lengah, tertidur dalam zona nyaman yang samar?
Pembersihan Batin dan Lingkungan
Secara tradisi, hari ini juga menjadi waktu untuk membersihkan bhuwana alit (diri) dan bhuwana agung (lingkungan). Tapi lebih dari sekadar menyapu halaman atau merapikan pura, pembersihan yang sejati terjadi saat kita berani menyelami diri:
Apa niatku selama ini? Apakah tindakanku mencerminkan dharma? Adakah ego atau rasa ingin dipuji yang menyelinap diam-diam?
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sederhana, tapi jawaban jujurnya bisa sangat membebaskan.

Relevansi Budha Kliwon Pahang di Zaman Sekarang
Di tengah dunia yang sibuk dan cepat ini, kita butuh lebih dari sekadar ritual—kita butuh ritme spiritual. Budha Kliwon Pahang mengingatkan bahwa spiritualitas bukan hanya tentang “momen-momen besar”, tapi tentang keberlanjutan komitmen untuk hidup selaras dengan dharma.
Seorang pemimpin, guru, siswa, orang tua, atau siapa pun—semua bisa belajar dari hari ini. Karena menang itu sesaat, tapi menjaga kemenangan itu seumur hidup.
Saatnya Kembali ke Dalam
Mari kita jadikan Budha Kliwon Pahang bukan hanya sebagai bagian dari kalender Bali, tapi juga penanda pribadi. Sebuah hari untuk menepi, merenung, dan menguatkan kembali janji kepada diri sendiri: untuk terus berjalan di jalan dharma, bahkan saat tidak ada yang melihat.
“Dharma bukan tujuan. Dharma adalah cara kita berjalan.”
Selamat Budha Kliwon Pahang. Semoga kita semua tetap waspada, tetap rendah hati, dan terus menang—setiap hari.
