Bukan Hilang, Hanya Usai

NM. Adnyani

Kadang, hidup mempertemukan kita dengan seseorang yang seolah memberi warna baru. Kehadirannya membawa senyum, percakapan sederhana terasa hangat, dan hati pun berani bermimpi. Namun, tidak semua pertemuan ditakdirkan untuk bertahan. Ada kisah yang hadir hanya sebentar, sekadar mengajarkan sesuatu, lalu pergi meninggalkan jejak.

Ada sebuah pertemuan yang terasa begitu hangat. Dua jiwa berpapasan, lalu berjalan bersama dalam waktu yang singkat. Percakapan, perhatian, dan rasa yang tumbuh diam-diam, membuat hari-hari terasa berbeda. Namun, seperti angin yang datang lalu pergi, tidak semua cerita bertahan sebagaimana awalnya.

Ada satu masa, di mana hati ini begitu berat. Malam terasa panjang, siang dipenuhi air mata, dan tubuh seperti kehilangan tenaga untuk sekadar menikmati makanan. Perasaan yang tumbuh besar justru berubah menjadi luka, karena ekspektasi tidak pernah bertemu dengan kenyataan.

Pada akhirnya, keberanian itu lahir. Bukan untuk memaksa orang lain tetap tinggal, tapi untuk memilih diri sendiri. Dengan tenang, pesan terakhir disampaikan: bahwa sudah cukup. Bahwa langkah ini harus berhenti. Bukan dalam diam, bukan pula dengan menghilang tiba-tiba, tetapi dengan kesadaran penuh bahwa sesuatu telah selesai.

Dan meski ada sakit yang masih menyisakan jejak, ada pula rasa lega yang perlahan mengisi ruang hati. Karena aku tahu, aku tidak kehilangan. Aku hanya belajar melepaskan.

Setiap perjumpaan punya makna, entah sebentar atau lama. Ada yang datang untuk tinggal, ada yang datang hanya untuk mengajarkan kita tentang arti mencintai, dan lebih dari itu: arti mencintai diri sendiri.

Kini aku melangkah lebih ringan. Tidak lagi menunggu, tidak lagi berharap, hanya menyimpan kenangan secukupnya. Sebab pada akhirnya, aku sadar—

Bukan hilang, hanya usai.

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai