Note: Hayalan atau mimpi?

Hayalan atau mimpi?
Aku ingin hidup di sebuah rumah seorang diri, sendiri. Setiap hari aku ingin sibuk dengan diriku sendiri. Aku ingin sibuk mengendalikan pikiran2ku sendiri. Aku ingin bersentuhan dengan dunia di luar diriku hanya melalui alat2 yg tak bicara, aku ingin menulis dan meletakkan fokusku pada tulisan2ku,
Aku bukan anti sosial, tapi aku menyukai kesunyian. Emosiku lebih stabil. Aku sering kali membuktikannya. Setiap kali ada komunikasi basa basi, di kemudian hari selalu ada ujung pangkalnya.
Diusiaku 45 tahun, aku ingin mewujudkan mimpiku itu, pergi keliling dunia seorang diri. Self servis…
Masih ada 17 tahun tersisa dari umurku sekarang. Dlm 17 tahun itu tentu saja banyak kejadian yang akan mengaburkan aku dari mimpiku itu.
Tahun ini, dibanding tahun2 sebelumnya adalah puncak dari kegalauan. Aku sedang hamil anak kedua, anak pertamaku diusia 3 tahun. Ayah dan ibuku masih lengkap. Ayah dan ibu mertuaku masih lengkap juga. Hutang2 kepemilikan duniawi mencapai angka yang fantastis. Setiap hari tanganku sibuk dengan kegiatan memenuhi kebutuhan dasar anak2ku. Konflik psikis dg suamiku. Dan banyak lagi masalah lainnya. Aku tidak realistis. Hidupku penuh dg harapan2 dan cinta yang palsu. Aku mengharapkan segala sesuatu ideal. Aku mengharapkan bisa mencintai suami, tapi aku tak bisa mencintainya. Aku lebih baik tak mencintainya. Mungkin aku hanya menyesuaikan diri hidup dengannya. Biarlah ku cari cinta yang kuinginkan itu.
Dengan tidak mencintainya spt cinta hayalanku, aku ingin kerikatan terhadapnya tdk menyebabkan karma baru. Dengan begitu, aku sendiri akan lebih mudah untuk mencintai diriku.
Saat ini, hal2 lainnya juga turut hadir memberi pelajaran. Aku merasa bahwa hidupku harus kuat. Tanpa perlu merengek utk diantar ke dokter dan lainnya. Sebab telah kubuktikan sendiri bahwa ia yang secara ideal kuharapkan hadir menemaniku ke dokter tapi selalu tak bisa, dan anehnya selalu bisa utk org lain. Sepertinya aku bukan mengandung anaknya. Anak ini seperti anak maria yang tak memiliki ayah. Aku siap menjadi maria utk zaman ini. Ingatkan ibu nak, bahwa hanya kita berdua.