Yang penting adalah kesadaran jiwa nya. Bisa kah kita menyadarinya
Kisah Spiritual Tak Lekang Zaman
Seorang sahabat Yesus melihat tumpukan tulang. Dalam ketidaksadarannya, dia memohon kepada Sang Nabi, “Sahabatku, ajari aku cara untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati ini.”
Seorang master, seorang nabi, seorang guru, seorang avatar, seorang mesias, seorang buddha akan selalu menganggap para muridnya sebagai “sahabat”. Demikianlah kebesaran jiwa mereka. Tetapi, para murid sering kali menyalahartikan kebesaran jiwa sang mursyid. Baru belajar jalan sedikit, mereka sudah mau lari seperti sang mursyid. Mereka tidak sadar bahwa sang mursyid justru tengah melangkah lamban, agar bisa diikuti oleh para murid.
Jika seorang mursyid seperti Isa menghidupkan kembali seseorang, itu dilakukan bukan untuk memamerkan kesaktiannya. Ada tujuan lain. Jika setiap orang yang mati bisa dan harus dihidupkan kembali, apa gunanya ada “lembaga kematian”? Dihapus saja, supaya yang ada hanyalah “lembaga kelahiran” dan sekali lahir, setiap makhluk hidup untuk selama-lamanya.
Yesus bersabda, “Itu bukanlah tugasmu. Untuk melakukan hal itu, engkau membutuhkan jiwa yang lebih bersih…
Lihat pos aslinya 611 kata lagi