Kesadaran Badaniah

Kleśo’dhikataras tesām avyaktāsakta-cetasām

Avyaktā hi gatir duhkham dehavadbhir avāpyate

Bhagavad Gīta, 12.5

“Pemusatan diri pada Hyang Tak Berwujud, dan mencapai kemanunggalan dengan-Nya, memang lebih berat selama jiwa masih Berwujud dan berkesadaran badaniah;”

Oṁ Saha nāvavatu; saha nau bhunaktu; Saha vīryam karavāvahai; Tejasvi nāvadhītamastu; Mā vidviṣāvahai; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga Hyang Tunggal senantiasa melindungi kita; menjernihkan pikiran kita: semoga kita dapat berkarya bersama dengan penuh semangat; semoga apa yang kita pelajari mencerahkan dan tidak menyebabkan permusuhan; Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

Mayoritas diantara kita masih berkesadaran badaniah. Kesadaran badaniah adalah konsekuensi dari badan ini. Sulit membebaskan kesadaran badaniah sepanjang hari, sepanjang malam, sebab itu meraih kemanunggalan dengan Hyang Tak Berwujud menjadi sulit pula.

Hyang Maha Mewujud, Hyang Tanpa Wujud…. sebagian di antara kita yang “merasa” sudah bisa berhubungan dengan Hyang Tak Berwujud, menganggap rendah orang – orang yang masih memuja Gusti Sebagai Hyang Maha Mewujud. Mereka mencap orang-orang tersebut Sebagai pemuja berhala. Padahal, seperti yang telah kita bahas sebelumnya, mereka yang mengaku sudah tidak “membutuhkan wujud untuk pemusatan diri” pun sesungguhnya memiliki wujud-wujud lain, sarana-sarana lain untuk memfasilitasi Pemusatan Diri.

Aksara-aksara tertentu, tulisan-tulisan tertentu, kitab-kitab suci, bangunan-bangunan dan tempat-tempat Suci, bahkan sosok dan/atau sifat Para anutan – semuanya adalah Wujud.

Dalam tradisi Sindhu, Shin-tuh, Hindu, Hindia, Indies, Indo – nāma dan Guna – nama dan sifat – dua-duanya adalah penjabaran atau perpanjangan dari rūpa atau wujud.

Apa yang “kita” rasakan ketika Ada yang mengkritisi Anutan “Kita”, kitab Suci “kita” atau kepercayaan “kita”? Kitab Suci “kita”, kepercayaan “kita” dan Anutan “Kita”; dan kitab Suci “mereka”, kepercayaan “Mereka”, Anutan “Mereka” – Kita dan Mereka – semua ini adalah permainan wujud.

Illusi-perbedaan antara “kita” dan “mereka” disebabkan oleh wujud. Semuanya muncul dari kesadaran badaniah. Selama masih berkesadaran demikian, kita boleh saja menganggap diri sudah hebat dan bisa memuja Hyang Tak Berwujud. Padahal kita hanya memuja-Nya dalam “Wujud yang beda” dari wujud yang mereka Puja.

Om, Sarve bhavantu sukhinaḥ; Sarve santu nirāmayāḥ; Sarve bhadrāṇi paśyantu; Mā kashchit duḥkha bhāgbhavet; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga semua makmur, bahagia dan bebas dari penyakit. Semoga semua mengalami peningkatan kesadaran, dan bebas dari penderitaan. Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

Samarinda, 09122017-MA

Di tulis ulang Dari Buku Bhagavad Gīta oleh AK

Iklan

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: