Buku Literasi Munti Gunung

Buku Karya mba Restika Dewi ini luar biasa. Saya berjanji akan memberikan sekelumit pendapat saya soal buku ini. Nah Kali ini Baru sempat saya sampaikan karena baru selesai membacanya.

Buku ini saya terima sebelum tahun baru tepatnya 30 Desember 2017… dan Ada ucapan Selamat Tahun dari Mba Restika… Terimakasih Mba…

Sebelum menulis pendapat saya soal buku ini, Saya mau cerita dulu perkenalan saya dengan mba Restika… Kami bertemu ketika Kami Sama-Sama Sebagai peserta Lomba Dharma Wacana Berbahasa Inggris Dewasa Putri Utsawa Dharma Gita (UGD) Nasional yang di selenggarakan di Palembang pada Juli 2017 lalu. Mba Dewi panggilan saya, mewakili propinsi Bali dan saya sendiri mewakili propinsi Kalimantan Timur. Kereeen khan… hahahhahaha

Setelah perkenalan singkat itu, tidak menyangka saya akan membaca tulisan kakak yang smart ini. Ketika di posting di fb Karya Beliau. Saya pun langsung memesannya. Setelah sampai buku ini saya simpan karena belum sempat membaca. Dan hari ini saya sudah membacanya. Saya tertawa ketika membacanya Karena bahasanya Gaul dan memang di Buat dalam kemasan bacaan ringan

Buku ini bercerita tentang hidup Mba Dewi. Perjuangannya, jatuh bangun nya… keindahan dan prestasi. Saya menyukai tulisannya. Ketika saya membaca, saya sangat menikmatinya, hingga lupa waktu. Wow pokoknya.

Bagian yang Jadi inspirasinya adalah bahwa keadaan mba Dewi serupa seperti yang saya Alami… ketika Mba Dewi mendapat dukungan penuh dari orang tuanya yang berprofesi sebagai pendidik. Saya malah sebaliknya. Ibu saya Buta Huruf. Dan memiliki cara berpikir yang Sama seperti pendapat masyarakat munti gunung. Perempuan tidak perlu sekolah. Kerja saja juga bisa hidup. Sekolah itu menghabiskan uang. Kalau Kerja malah dapat uang. Dan seterusnya dan Sebagainya. Kebayankan gimana saya berjuang. Seperti Drama deh hahahhaha

Di kampung saya di daerah transmigran sana, saya juga tidak menikmati listrik. Sekolah jalan kaki 7km. Nonton rame2 di tempat orang yang punya TV juga pernah mba. Sampai Sekarang kampung itu belum Ada PLN masuk desa. Masih menikmati disel swadaya masyarakat.

Mungkin dari angkatan sekolah saya Waktu SD, di kalangan orang Bali, saya adalah sarjana perempuan pertama di kampung itu. Angkatan Saya Ada 4 orang Bali (Hindu) dan saya adalah sarjana satu-satunya. Kereen khan. Boleh dong Bangga…. hehehhehe padahal biasa Aja ya khan…. hihihi

Sekarang sudah banyak yang mau sekolah. Dan banyak sarjana di kampung. Bangga dengan perubahan yang terjadi.

Apa yang ingin saya sampaikan? Bahwa kondisi di tulisan itu, mengambarkan Apa yang saya alami sendiri. Sehingga seperti sedang membaca tulisan tentang diri sendiri jadinya. Kegelisahan mba Dewi untuk memperbaiki generasi Sama dengan kegelisahan saya. Tapi saya melihat mba Dewi sangat beruntung sehingga bisa kembali membangun kampungnya dan bahkan telah menulis buku. Salut mba…

Dan ini menginspirasi saya.

Satu lagi yang Sama, skripsi Saya pun tentang “Gepeng” mba… hehehhe

Intinya saya Bangga Mba. Dan adalah sebuah anugrah kenalan Sama mba Dewi

Salam Rahayu Mba… Semoga sehat, bahagia dan terus berkarya. Salam buat ayah Ibunya yaa… kapan-kapan main Ke Kalimantan Timur. Rumah saya terbuka untuk Mba Dewi dan keluarga

🌸🌸🌸🙏

Iklan

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: