Berpegang Pada Kebenaran, Kita Tidak Dapat Berdusta

Banyak diantara kita mengeluhkan keadaan dunia ini, dimana semakin banyak orang yang tidak lagi sesuai antara kata-kata dan perbuatannya. tiada keselarasan pada dirinya. sekarang berkata begini, tetapi lain dihati. sementara memuji tetapi hatinya tidak gembira, dan masih banyak contoh lain dari ketidakselarasan itu. kita sendirilah yang menyebabkan ketidakselarasan itu. kita sendiri mesti bertanggungjawab atas hal itu. 

saya mengutip secara penuh sebuah Buku berjudul Yoga Sutra Patanjali Karya Bapak Anand Krishna, untuk mengingatkan diri saya pentingnya berpegang teguh pada Dharma, Pada satya, pada kebenaran.

YOGA SUTRA PATANJALI, II, 36

“Satya-pratisthayam kriya phala asrayatvam”

Hasil segala tindakan atau perbuatan seseorang yang berpegang teguh pada satya atau kebenaran, niscaya selaras dengan perbuatannya, tindakannya

Simply put, sederhananya, kebenaran tidak pernah menghasilkan dusta. Tiada kekhawatiran bagi seorang yogi yang berada pada jalur yang benar. Walau diterpa angin kencang, badai, topan, ia akan tetap survive berkat kekuatan kebenaran itu sendiri.

Ya, kebenaran atau satya adalah kekuatan, kejujuran adalah energi, integritas diri adalah kesaktian yang sesungguhnya. Apa arti pemberdayaan diri? Sesungguhnya pemberdayaan diri adalah kata lain dari laku kebenaran. Tanpa kebenaran dan kejujuran, seseorang tak akan mampu memberdayakan dirinya. Tanp[a kebenaran dan kejujuran, seseorang tidak dapat mengenali dirinya, tidak dapat mengetahui potensinya, kemudian bagaimana pula ia dapat memberdayakan diri? Memberdayakan diri dengan nilai-nilai apa?

Betul, memberdayakan diri dengan nilai-nilai apa? Persis seperti hola, banyak diantara kita yang menyalah artikan pemberdayaan diri sebagai penolakan terhadap segala macam nilai-nilai. Pokoknya aku mau memberdayakan diri saja., demikian pincangnya pemahaman hola. Aku tidak  berurusan dengan nilai-nilai yoga patanjali segala. Cukup aku dan diriku. Pemberdayaan diri tidak membutuhkan patanjali.

Banyak diantara kita yang lupa bahwa untuk memberdayakan diri pun kita butuh alat, sarana, untuk menyapu pekarangan saja kita butuh sapu. Adakah cara menyapu tanpa sapu?

Ada, sahut Hola, kaki dan tanganku sendiri kujadikan sapu. Aku tidak perlu sapu

Betul sekali, kaki tangan pun mesti di-jadi-kan sapu. Tetap saja ada sarana, ada alat, lalu apa salahnya jika patanjali menawarkan sapu? Kaki tangan kaki dan tangan bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih penting.

Menolak alat bantu sapu hanya karena menyalahartikan istilah pemberdayaan diri adalah kekonyolan. Tidak cerdas

Kembali pada satya atau kebenaran, banyak pengusaha, banyak industrialis “tanggung” sedemikian yakinnya bahwa dalam menjalankan usaha mereka, profesi mereka, seseorang tidak bisa 100% jujur, tidak bisa sepenuhnya bersandar pada kebenaran.

Sebelumnya saya selalu mengatakan bisa, sekarang saya mesti sedikit memperbaiki pernyataan saya, Bisa selama anda tidak serakah. Selama anda masih bisa menolak tawaran-tawaran untuk mendapatkan uang gampang.

Dalam hal ini kiranya sutra patanjali sudah amat sangat jelas. Seseorang yang berpegang teguh pada kebenaran, memang mesti ada upaya. Mesti ada kesiapsediaan untuk menghadapi tantangan seberat apapun, dan tetap tak tergoyahkan dalam keyakinannya. Tanpa pertahanan diri seperti itu, tantangan atau godaan ringan pun bisa membuat seseorang pindah haluan.

Keteguhan hati adalah syarat mutlak, khususnya bagi para yogi yang telah menentukan, memastikan tujuan hidupnya yaitu pencerahan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: