Di awali Dengan Ketidaktahuan dan Di Akhiri Dengan Ketidakpastian

Siang itu Jumat, 9 maret 2018. Setelah pulang dari kantor, aku bergegas menuju kota Samarinda. Setiap Jumat aku memang wirawiri bontang-samarinda dan sebaliknya.

Sebelumnya aku sering kali ngeri membayangkan bagaimana aku bolak balik di kedua Kota ini sejak aku memutuskan untuk melanjutkan studi S2ku. Kini terasa dekat. Sebelumnya aku biasa berangkat subuh jam 4 atau paling telat berangkat jam 7 Pagi. Kini aku bisa berangkat Setelah pulang kerja 11.30 an. Keberanian ku kini bertumbuh. Banyak informasi Baru, pengetahuan Baru, Dosen Baru, teman Baru… semuanya unik dan membuat pola berpikirku berubah.

Hari itu aku bersemangat akan mengikuti perkuliahan filsafat. Salah satu mata kuliah favorit sejak studi S1 dulu. Filsafat itu seolah membawa ku berpikir bebas… dan memberi jawaban-jawaban “radikal” atas pertanyaan ku yang rasional maupun irasional. Aku menyukai ungkapan-ungkapan filsafat yang membutuhkan perenungan, yang terdengar aneh namun mengandung kebenaran.

Para Dosen filsafat juga cenderung sepuh, bahagia, teduh dan menyenangkan. Mereka berpikir mendalam. Rata-rata Beliau adalah Para Professor. Rasanya aku tidak ingin ketinggalan mata kuliah ini. Hingga aku rela bolak-balik bontang – samarinda.

Hari itu ketika aku sudah di dalam Kelas dan mendengarkan penjelasan Dosen ku, Dosen meminta kami untuk merenungkan sebuah kalimat “Diawali Dengan Ketidaktahuan dan diakhiri Dengan ketidakpastian”

Dengan memberi banyak contoh, saya pribadi mulai memahami dan menerima kebenaran kalimat itu.

Pernyataan ini seolah-olah, merobohkan keangkuhan kecerdasan. Keangkuhan rasionalitas. Apapun yang engkau capai adalah pencapaian dari keterbatasan: keterbatasan tenaga, keterbatasan Pikiran, keterbatasan Waktu dan lain Sebagainya. Dengan segala keterbatasan itu kita memperoleh kebenaran yang juga terbatas. Kebenaran yang tidak pasti.

Sebagai contoh, seseorang menyusun skripsi, tesis, desertasi Dengan susah payah… Dengan banyak pengorbanan, namun pada akhirnya kebenarannya hanya terbatas pada istrument penelitian yang digunakan. Bisa jadi kebenaran yang ditemukan hanya bertahan pada Waktu tertentu. Tidak untuk selamanya.

Dengan memahami Ini Bukan berarti kita tidak perlu menyusun skripsi, tesis, desertasi Dengan serius, namun ini mengajarkan kita bahwa Waktu terus berjalan dan perubahan akan selalu mengikuti Sang Waktu. Kita akan mengisi Waktu dan hari-Hari kita Dengan “Cinta”. Cinta pada kebenaran. Hal ini membutuhkan latihan, membutuhkan kesabaran dan keuletan dalam menemukan makna cinta dari sesuatu yang tidak pasti.

Meski sudah mengetahui bahwa hasil akhir dari skripsi, tesis Dan desertasi adalah ketidakpastian kita akan mendapat “lesson”nya. Kita akan menemukan cinta dalam prosesnya.

Kita mesti memenggal ego dan arogansi ketika kita sedang dalam proses bimbingan untuk menyusun skripsi, tesis dan desertasi itu. Meskipun kita mengetahui bahwa Segala sesuatunya serba tidak pasti. Yang pasti hanyalah ketika kita berbuat. Ketika kita berbuat yang terbaik, Maka pasti akan Ada hasil. Lebih Baik berbuat dari pada tidak sama sekali.

Saya kemudian menjadi paham mengapa mata kuliah filsafat diajarkan pada setiap disiplin Ilmu. Filsafat dapat mengimbangi keangkuhan rasionalitas. Filsafat adalah “Mother of knowledge”. IBu dari Ilmu pengetahuan. Sebagai ibu, filsafat akan membimbing kita pada “kasih” pada penemuan “cinta”

Mari merenungi diri… tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan esensial dari hidup kita. Siapakah Aku? Mengapa aku Disini? Apa misi hidup ku? Dan seterusnya dan Sebagainya.

Terimakasih Prof. Amir dan DR. S. Devung

I Love Filsafat

Bontang, 10/03/2018-MA

Salam Rahayu

Umat Hindu Bontang Bersinergi Membangun Sumber Daya Manusia yang Produktif dan Kompeten

IMG_7005.JPG

Kebebasan berorganisasi dan berkegiatan adalah hak asasi setiap orang. Undang – Undang Dasar (UUD) negara Republik Indonesia memberikan jaminan kepada seluruh warga negara untuk berkumpul dan mendirikan organisasi. Dalam UUD 1945 pasal 28 dan 28E ayat 3 memberi hak kepada kita untuk menggunakan kemerdekaan berserikat dan berkumpul dengan mengeluarkan pendapat secara lisan dan tertulis maupun dalam bentuk kegiatan untuk tujuan yang jelas dan mulia. Organisasi Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) adalah majelis tertinggi yang mewadahi umat Hindu seluruh Indonesia untuk dapat menyalurkan kebebasan berpendapatnya, tentu dengan pakem khas ala Hindu Indonesia. Sejalan dengan tujuan organisasi yaitu menyiapkan sumber daya manusia melalui peningkatan pemahaman tattwa, etika dan upacara umat Hindu, maka dilakukan upaya-upaya melaksanakan workshop dan sejenisnya.

PHDI Kota Bontang melaksanakan Workshop Tattwa dan Upacara sebagai upaya melaksanakan hasil Keputusan Loka Sabha VII PHDI Kota Bontang Nomor: 006/KEP/LS-VI/PHDI-BTG/2017 tentang Pokok-Pokok Pikiran, dan Rekomendasi PHDI Kota Bontang Masa Bhakti 2017-2022; dan sebagai bentuk menjalankan program kerja kepengurusan sebagaimana Surat Keputusan PHDI Provinsi Kalimantan Timur Nomor: 03/SK/PHDI-KALTIM/III/2017 tentang Pengesahan Susunan dan Personalia Pengurus PHDI Kota Bontang Masa Bhakti 2017-2022.

Pada hari Jumat, 16 Februari 2018 dilaksanakan rapat pengurus organisasi Agama dan keagamaan yaitu PHDI Bontang, WHDI Bontang, Pasraman Widya Buana, ISD Kota Bontang, Peradah Kota Bontang, dan Sanggar Seni Gayatri. Rapat ini bertujuan untuk mempersiapkan rangkaian kegiatan Workshop Tattwa dan Upacara dan membentuk panitia pelaksana kegiatan. Para panitia kemudian bekerja dan berkoordinasi dengan perguruan tinggi Hindu yang dapat membantu merealisasikan program ini. Melalui surat permohonan pengabdian masyarakat kepada Rektor IHDN Denpasar nomor 38/PHDI-BTG/XI/2017 tanggal 6 November 2017 tentang permohonan pengabdian masyarakat yang direvisi dengan surat permohonan narasumber nomor 01/PHDI-BTG/I/2018 tanggal 12 Januari 2018 tentang Permohonan Narasumber Workshop. IHDN Denpasar merespon surat permohonan panitia  melalui program pengabdian masyarakat berbasis kebutuhan masyarakat dan surat balasan berupa Surat Tugas Nomor: 572/Ihn.01/1/Kp.02.3/02/2018 sebagai penugasan kepada para Narasumber kegiatan Workshop Tattwa dan Upacara.

IMG_7229.JPG

Adapun Tujuan dilaksanakannya workshop ini adalah untuk melaksanakan hasil keputusan Loka Sabha PHDI kota Bontang tahun 2017; Melaksakan program kerja PHDI Bontang periode 2017-2022 bidang Keagamaan; Meningkatkan pemahaman Tattwa dan Upacara bagi umat Hindu Kota Bontang; Penyegaran pemahaman guru-guru pasraman Widya Buana Kota Bontang; Memberikan keterampilan teknis kepada para pemangku yang baru melaksanakan pawintenan pemangku; Memberikan keterampilan teknis kepada para pengurus ISD untuk dapat melaksanakan perawatan jenasah; dan terus bersinergi antar organisasi agama dan keagamaan untuk membangun sumber daya manusia yang produktif dan kompeten di bidang masing-masing.

Target/output dari workshop ini adalah meningkatnya pemahaman tattwa dan Upacara bagi umat Hindu Kota Bontang, dan adanya panduan tetap tentang Perawatan Jenasah bagi umat Hindu Kota Bontang  yang dapat digunakan secara terus menerus dalam bentuk Buku Saku. Selain target tersebut, diharapkan para pemangku dan para pengurus ISD memiliki keterampilan teknis dalam melaksanakan tugasnya; serta adanya pemahaman yang lebih mantap dari guru-guru Pasraman dalam melaksakan tugas pengajaran di Pasraman.

Dalam Workshop Tattwa dan Upacara ini, terdapat sub kegiatan diantaranya Dharma Tula dengan seluruh Umat Hindu dengan Tema Sumber Daya Manusia Hindu Modern; Dharma Tula WHDI Kota bontang dengan tema Peran Wanita Hindu dalam membentuk Keluarga Sukhinah; Dharma Tula Peradah Bontang dengan tema Peran Pemuda dalam meningkatkan eksistensi Hindu; Workshop Guru Pasraman, Workshop Kepemangkuan dan Workshop Perawatan jenasah. Workshop kepemangkuan adalah workshop yang rutin di laksanakan setiap periode. Namun workshop Guru Pasraman dan Workshop perawatan jenasah adalah yang pertama kalinya. Antusiasme umat Hindu kota Bontang sangat tinggi terhadap workshop perawatan jenasah ini.

Dalam kegiatan Dharma Tula, para peserta mendapatkan pengalaman belajar melalui diskusi sesuai dengan tema. Sedangkan dalam Workshop perawatan jenasah, para peserta mendapatkan materi tentang Wariga Panca Yajna, Sawa Prateka, Praktek Memandikan Jenasah, dan Banten Pranawa. Workshop kepemangkuan, peserta mendapatkan materi tentang Sesana Pemangku, Tattwa, Mantra dan Mudra, Pengantar Darsana, dan Implementasi Acara Agama Hindu sesuai Drsta. Sementara dalam Workshop Guru pasraman diberikan materi Pemantapan Penguatan Pendidikan Karakter Agama Hindu di abad 21  dan Modalitas Belajar Agama Hindu

Workshop yang diperuntukkan bagi seluruh Umat Hindu Kota Bontang ini dihadiri oleh 140 orang peserta dari berbagai elemen, baik Pinandita, Walaka, Pengurus Organisasi dan seluruh umat Hindu di kota Bontang dan disekitarnya seperti perwakilan dari kabupaten Kutai Timur. Workshop yang dilaksanakan selama 4 hari, yaitu dari hari Kamis-Minggu, 22-25 Februari 2018, bertempat di Pura Buana Agung Kota Bontang menghadirkan Narasumber DR. I Wayan Miarta, M.Ag (Ida Pandita Sri Mpu Acarya Nanda); DR. Made Sri Putri Purnamawati, M.A.,M.Erg; DR. I Made Adi Surya Pradnya, S.Ag., MPhil.H.; DR. I Gede Sutarya, M.Ag; dan DR. Kadek Aria Prima Dewi.

Pengetahuan teknis tentang merawat jenasah sangat diperlukan oleh setiap orang. Seharusnya pengetahuan teknis ini sudah didapatkan oleh anak-anak kita sejak di bangku SMA, namun faktanya kurikulum kita belum mengakomodir kemampuan tentang merawat jenasah. Sehingga terobosan-terobosan berupa wokshop seperti ini wajib diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk anak-anak setingkat SMA. Kita mesti menumbuhkan kesadaran bahwa merawat jenasah adalah kebutuhan setiap orang. Setiap dari kita pasti akan menjadi jenasah karena kematian adalah suatu keniscayaan. Para orang tua, para guru, dan seluruh lapisan masyarakat mesti mengetahui bagaimana merawat jenasah. Perawatan jenasah bukan hanya tugas para pinandita atau tokoh masyarakat. Tetapi adalah tugas kita bersama.

Membangun sumber daya manusia tidak dapat dilaksanakan secara sendiri tetapi mesti bersinergi antar individu dan antar organisasi. Organisasi keumatan akan melemah manakala mengedepankan konflik. Untuk itu sinergi diperlukan. Dengan anggaran yang sangat minim, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan lancar atas bantuan yang diberikan oleh WHDI Kota Bontang dalam bentuk gotong royong menyiapkan dan membawa konsumsi umat dari rumah masing-masing. Pasraman Widya Buana Kota Bontang dan ISD Kota Bontang menyiapkan doorprize untuk para peserta yang hadir. Peradah Kota Bontang membantu mendekorasi tempat kegiatan dan tentu Kaos Botex sebagai designer spanduk kegiatan.

IMG_7712.JPG

 

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai