Pengendalian diri
Gita Kehidupan Sepasang Pejalan
DALAM KEADAAN CAPEK, KESAL, MARAH, JENGKEL, NGAMBEK, TERSINGGUNG, SAKIT HATI, seseorang bisa kehilangan akal-budinya. Tapi lagi-lagi, janganlah mencari pembenaran atas hilangnya akal-budi, “Aku kan lagi capek, ya pasti kesal dong diganggu pengemis pagi-pagi.” Alasan yang tidak saja tidak kuat, tapi juga membuktikan kelemahan diri kita. Masa rasa capek bisa bisa menghanyutkan, menghilangkan akal budi kita.
Mungkin juga, dia merasa sudah berada dalam wilayah aman. Barangkali ia berpikir, Sekarang aku sudah bekerja secara jujur hartaku sudah berlimpah lagi, sekarang aku sudah aman. Dalam keadaan, yang oleh para Sufi atau Sophy disebut takabur, seseorang bisa kehilangan akal-sehatnya. Ia lupa bahwa keberhasilannya bukanlah sekadar hasil jerih payah atau kecakapan dirinya dalam menjalankan usaha, tapi juga karena berkah. Karena lupa peran berkah, ia menjadi sombong, angkuh. Matanya berkabut, pandangannya tidak jernih lagi.
Silakan simak kisah dan penjelasan tentang Kebenaran di bawah ini:
Cover buku Yoga Sutra Patanjali
Oṁ Saha nāvavatu; saha nau bhunaktu: Saha…
Lihat pos aslinya 1.311 kata lagi


