Abhyāsa Yoga: Membiasakan diri untuk hidup secara Meditatif

Atha cittam samādhātum na saknosi mayi sthiram

Abhyāsa-yogena tato mām ichāptum dhanañjaya

Bhagavad Gita, 12.9

“Jika kau tidak mampu memusatkan kesadaranmu pada-Ku; maka raihlah kemanunggalan dengan-Ku dengan melakoni Yoga; wahai Dhanañjaya (Arjuna, Penakluk Kebendaan).”

Oṁ Saha nāvavatu; saha nau bhunaktu; Saha vīryam karavāvahai; Tejasvi nāvadhītamastu; Mā vidviṣāvahai; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga Hyang Tunggal senantiasa melindungi kita; menjernihkan pikiran kita: semoga kita dapat berkarya bersama dengan penuh semangat; semoga apa yang kita pelajari mencerahkan dan tidak menyebabkan permusuhan; Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

Kata “melakoni” dalam ayat ini adalah terjemahan gagap dari kata “abhyāsa”. Abhyāsa, sebagaimana telah kita pahami sebelumnya, berarti praktek-praktek yang dilakukan secara terus menerus. Praktek secara intensif dan repetitif, diulangi terus.

Inilah cara untuk mengubah suatu kondisi – Kesadaran kita, yang saat ini masih mengalir keluar, mesti dibelokkan ke dalam diri. Untuk itu;

Pertama, jangan mencari pembenaran di luar. Temukan kebenaran di dalam diri. Kebenaran diri adalah potensi diri. Inilah yang penting. Support Dari luar hanyalah penunjang. Jangan mengandalkan “Support” luaran. Ada oke, tidak Ada pun oke. Yang penting adalah kekuatan diri sendiri. Berdayakanlah diri!

Kedua; jadilah detektif bagi diri sendiri. Ketika kesadaran mulai mengalir keluar, cepat-cepat carilah simbol, ikon, kitab Suci, tempat Suci, atau apa saja yang dapat mengingatkan tentang kesucian, kemuliaan, dan kekuatan diri.

Jika kita memiliki seorang sadguru, seorang pemandu rohani, atau kita menjadi Bagian Dari padepokan spiritual, maka adalah sangat tepat bagi kita untuk mengunjunginya dari Waktu ke Waktu. Jangan membiarkan Kesadaran mengalir keluar secara terus menerus, dan terbiasa berada di luar. Sebelum Hal itu terjadi, kita sudah berada di suatu tempat dan/atau bersama seorang Sadguru yang dapat dijadikan perisai atau tameng.

Inilah Abhyāsa – suatu praktek yang dilakukan secara intensif dan repetitif. Abhyāsa berarti tidak bertindak seperti pasien bandel, yang begitu sembuh dari penyakitnya, langsung mengulangi kembali segala sesuatu yang membuatnya sakit. Kendati sudah sembuh, tetaplah merawat diri. Pola hidup, pola Makan, pola tidur, dan pola bangun yang sudah terkoreksi mesti dilanjutkan. Janganlah kembali pada pola hidup yang lama. Abhyāsa adalah laku yang konstan, praktek yang tidak putus.

Kemudian dalam ayat ini, Abhyāsa dikaitkan dengan Yoga, dalam Hal ini yang dimaksud Krsna adalah laku spiritual untuk meraih kemanunggalan dengan-Nya; dengan Jiwa Agung. Berarti melakoni Yoga Sebagai pola hidup. Membiasakan diri untuk hidup secara meditatif, dalam kesahajaan, dengan mengatur kebiasaan Makan, dan pola tidur. Pun, menjaga pergaulan, mempelajari literatur yang menunjang kesadaran, dan sebagainya.

Om, Sarve bhavantu sukhinaḥ; Sarve santu nirāmayāḥ; Sarve bhadrāṇi paśyantu; Mā kashchit duḥkha bhāgbhavet; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga semua makmur, bahagia dan bebas dari penyakit. Semoga semua mengalami peningkatan kesadaran, dan bebas dari penderitaan. Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

Bontang, 12122017-MA

Di tulis ulang Dari Buku Bhagavad Gīta oleh AK Hal 581-582

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: