Marilah kita berdoa sebelum membaca Bhagavad Gītā
Oṁ Saha nāvavatu; saha nau bhunaktu; Saha vīryam karavāvahai; Tejasvi nāvadhītamastu; Mā vidviṣāvahai; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ
(Semoga Hyang Tunggal senantiasa melindungi kita; menjernihkan pikiran kita: semoga kita dapat berkarya bersama dengan penuh semangat; semoga apa yang kita pelajari mencerahkan dan tidak menyebabkan permusuhan; Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)
nāty-aśnatas’tu yogo’sti na caikāntam anaśnatah
na cāti-Svapna-śīlasya jāgrato naiva cārjuna
Bhagavad Gītā, 6.16
“Arjuna, Yoga bukanlah untuk mereka yang Makan secara berlebihan, dan Bukan juga bagi mereka yang memaksa diri untuk berpuasa; Bukan untuk mereka yang tidur terlalu lama; dan, Bukan pula mereka yang memaksa diri untuk tetap berada dalam keadaan jaga.”
Intinya adalah moderasi. Siddhārtha yang menjadi kering, kurus, karena memaksa diri untuk berpuasa – diingatkan oleh keberadaan bahwa alat musik sitār – semacam gitar – hanyalah mengeluarkan suara yang diinginkan, Jika tali senarnya tidak terlalu ketat, dan tidak terlalu longgar.
DISIPLIN DALAM YOGA BUKANLAH UNTUK DIPAKSAKAN. Bahkan, sesuatu yang dipaksakan menjadi peraturan, hukum, Bukan disiplin lagi. Dalam pengertian Yoga, disiplin adalah bersifat swa-disiplin, self-discipline, mendisiplinkan diri.
Ketika kita memaksa diri – mengikuti tradisi, hukum adat, kepercayaan turun-temurun – untuk berpuasa atau melakukan ritus lainnya, Maka pikiran kita bukannya terkendali, malah menjadi liar. Padahal, tujuan disiplin-diri adalah pengendalian pikiran.
MEMAKSA DIRI UNTUK MELAKUKAN SESUATU membuat gugusan pikiran dan Perasaan- mind – memberontak. Orang yang memaksa diri untuk berpuasa, walau tidak diakuinya, hanyalah memikirkan Makan sepanjang hari. Orang yang dipaksa melakukan Japa, hanyalah jari-jarinya yang sibuk dengan biji Japamala, ganitri – hatinya entah dimana!
Disuruh, dipaksa, atau memaksa diri begadang dan melakukan latihan tertentu, tidak membantu pula. Apa pun yang kita lakukan, mestilah atas kemauan sendiri, atas keinginan diri, atas kehendak diri. Bukan Karena disuruh, dipaksa. Puasa, Japa, semuanya berguna dan bermanfaat, asal kita melakukannya atas kesadaran-diri, Bukan Sebagai kewajiban yang dipaksakan.
KITA MESTI MENCINTAI APA YANG KITA LAKUKAN. Landasan bagi Yoga, bagi laku atau pelatihan Yoga pun persis sama. Kita mesti mencintainya. Dan untuk itu, jagalah moderasi. Jangan ekstrem-ekstreman.
Hola mengikuti saran seorang motivator dan memaksa diri untuk mengucapkan “I Love You” kepada istrinya – secara teratur 3 kali sehari. Persis seperti Makan obat. Pasalnya, Ia ingin mempertahankan perkawinannya yang sudah mulai retak. Setelah beberapa hari demikian, tante Holi, istri Hola, mulai curiga, “Ada apa dengan suamiku? Dulu tidak seperti itu!”
Maka Ia pun menegurnya, “Hola kau sinting, I Love You, I Love You – tiga kali sehari – kau pikir kau dapat meracuniku dengan pembasmi virus perceraian?”
Intinya,
BE NATURAL! Jangan memaksa diri untuk melakukan sesuatu. Jangan mempertahankan suatu keadaan, Jika perubahan sudah menjadi takdir!
Be moderate, be natural – itulah Yoga.
Om, Sarve bhavantu sukhinaḥ; Sarve santu nirāmayāḥ; Sarve bhadrāṇi paśyantu; Mā kashchit duḥkha bhāgbhavet; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ
(Semoga semua makmur, bahagia dan bebas dari penyakit. Semoga semua mengalami peningkatan kesadaran, dan bebas dari penderitaan. Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)
Bontang, 10/01/2018-MA
ditulis ulang dari Buku Bhagavad Gītā oleh AK Hal 258-259