RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) YAJNA DALAM RAMAYANA

MATA PELAJARAN          : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN

BUDI PEKERTI

KELAS /SEMESTER        : X/GANJIL

PROGRAM                       : IPA/IPS

MATERI                            : YAJNA DALAM RAMAYANA

PENYUSUN                      :NI MADE ADNYANI, S.Ag

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

 

Sekolah                 :      SMA Negeri 2Bontang

Mata pelajaran      :      Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas/Semester      :     X/ 1

Materi Pokok          :       Yajna dalam Ramayana

Alokasi Waktu       :      12× 45 menit (4JP)

 

 

 

  1. Kompetensi Inti
KI 1 :   Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2:     Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3:  Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

 

  1. KompetensiDasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran
Peserta didik menerima materi  Yajňa

Peserta didik menjalankan  nilai-nilai Yajňa sesuai  susastra Hindu

 

Peserta didik melaksanakan sikap tanggung jawab yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa
3.1 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa

 

1.

 

 

Menjelaskan pengertian Panca  Yajňaberdasarkan informasi dari berbagai sumber.
2.

 

 

 

3.

 

4.

Menyebutkan bagian-bagian Yajňa
Menguraikan pengertian bagian – bagian YajňaMengaitkan nilai – nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇadengan fenomena yang terjadi di masyarakat
4.1 Menyajikan nilai-nilai pelaksanaan Yajňa menurut kitab Rāmāyaṇa dalam kehidupan

 

 

 

 

Menyesuaikan ajaran  Yajňa dalam konteks kehidupan saat ini

Mendemonstrasikan ajaran Yajňa dalam tatanan kehidupan

Mempraktikkan pelaksanaan panca yajňa yang terdapat dalam ceritera Rāmāyaṇa

 

  1. TujuanPembelajaran

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik model ………. peserta didik dapat menjelaskan pengertian Yajňa, Pembagian Yajňa, bentuk-bentuk pelaksanaan Yajňa dan Mempraktikkan pelaksanaan panca yajňa yang terdapat dalam ceritera Rāmāyaṇa

 

 

  1. MateriPembelajaran
    1. Pengertian Yajňa
    2. Pembagian Yajňa
    3. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Yajňa dalam kehidupan sehari-hari
    4. Ringkasan cerita Rāmāyaṇa
    5. Nilai – nilai Yajňa dalam Cerita Rāmāyaṇa

 

 

  1. Metode dan Model Pembelajaran

Pendekatan                   : Saintifik

Metode                           : Diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan

Model Pembelajaran      : Pembelajaran Berbasis Masalah & Investigasi Kelompok

 

  1. Media/Alat

Media/Alat: Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, LCD, Laptop

  1. Bahandan Sumber Belajar :

 

 

 

  1. Langkah – LangkahPembelajaran

 Pertemuan 1 dan 2 (@3 ×45 menit)

 

Pendahuluan (20menit)

  1. memberi salam, Om Swastyastu, dan mengajak siswa melakukan  Puja Tri Sandhya
  2. Mengabsen siswa dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
  3. Menanamkanpendidikan karakterdan pembiasaan kepada siswa, mengecek kebersihan kelas dan sekitarnya, dan mencek kelengkapan atribut sekolah.
  4. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan denganmateri nilai-nilai Yajňa
  5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan materi nilai-nilai Yajňa
  6. Menyampaikan garis besar cakupan materi nilai-nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇa dan kegiatan yang akan dilakukan;
  7. Menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan digunakan saat membahas materi Yajňa

 

Kegiatan Inti (90 menit)

  1. Mengidentifikasi topik.

 

 

 

 

 

Peserta didik membaca buku teks pelajaran materi tentang Yajňa. Pendidik memberikan penjelasan singkat tentang pengertian dan bagian-bagian dari Yajňa. Peserta didik diminta mengamatifenomena dimasyarakat berkaitan dengan siklus Yajňa di lingkungannyalalu mengaikatnnya dengan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan tentang ajaran Yajňayaitu Korban suci yang tulus iklas. Pendidik dapat memberikan contoh bahan pengamatan berupa gambar atau video tentang Yajňaatau contoh upakara Yajňa di masyarakat.

Fenomena apa yang dapat kalian temukan di masyarakat tentang upakara Yajňa dalam masyarakat berAgama Hindu ?

 

 

 

Gambar 1. Dewa yajña

Sumber :  www.griyawisata.com

Gambar 2. Rsi yajña

Sumber : www.metrobali.com

Gambar 3.Pitra yajña

Sumber : www.indonesia.org

 

 

Gambar 4. Manusa yajña

Sumber : www.kb.alitrb.com

Gambar 5. Butha  yajña

Sumber : www.balipanduanwisata.com

 

 

 

  1. Merencanakan Penelitian

 

 

 

 

 

 

pendidik mengarahkan peserta didik membentuk kelompok dan berdiskusi dengan rekan sekelompok untuk merencanakan penelitian berkaitan dengan permasalahan yang disajikan. Peserta didik dapat bertanya kepada pendidikseandainya ada yang belum dipahami. Masing-masing ketua kelompok melaporkan rencana penelitian kelompoknya kepada pendidik.

 

 

 

  1. Implementasi Penelitian (Investigasi)

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan rencana masing-masing kelompok, peserta didik mencari informasi dan bahan referensi dari berbagi sumber seperti wawancara dengan tokoh yang dianggap relevan dengan topik penelitian, studi pustaka ataupun melalui sumber internetuntuk dapat menjawab permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilaiYajňadalam Agama Hindu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Menganalisis Hasil Penelitian dan Menyiapkan Laporan

 

 

 

 

 

 

Masing-masing kelompok peserta didik bekerja sama menganalisis informasi/data yang diperoleh dan mempersiapkan laporan yang akan di presentasikan pada pertemuan berikutnya.

 

 

 

 

(Pertemuan Berikutnya)

  1. Mempresentasikan hasil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penelitian yang telah dilakukandi depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan dengan mengajukan pertanyaan ataupun memberikan masukan.

 

 

 

  1. Membuat kesimpulan bersama tentang siklus kehidupan manusia yang dikaitkan dengan materi Yajňa

 

 

 

 

 

  1. Evaluasi/ tes akhir materi Yajňa(pengertian dan bagian-bagian Yajňa)

 

Penutup (25menit)

  1. Memfasilitasi dalam menemukan kesimpulan tentang materi Yajňamelalui reviu indikator yang hendak dicapai pada hari itu.
  2. Meminta beberapa peserta didik untuk mengungkapkan manfaat mengetahui ajaran Yajňa
  3. Memberikanpenghargaan (pujian) terhadap hasil presentasi dan diskusi siswa yang baik, dan mengingatkan kelompok yang kurang serius.
  4. Memberikan tugas kepada peserta didik, dan mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya maupun mempersiapkan diri menghadapi tes/ evaluasi akhir di pertemuan berikutnya (kegiatan ini dilakukan di pertemuan ke-1).
  5. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator(kegiatan ini dilakukan di pertemuan ke-2).
  6. Diakhiri dengan doa dan mengucapkan salam Paramasantih

 

 

 

Pertemuan 3 dan 4 (@3×45 menit)

Pendahuluan (20 menit)

  1. Memberi salam, Om Swastyastu, dan mengajak siswa melakukan  Puja Tri Sandhya
  2. Mengabsen siswa dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
  3. Menanamkanpendidikan karakterdan pembiasaan kepada siswa, mengecek kebersihan kelas dan sekitarnya, dan mencek kelengkapan atribut sekolah.
  4. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan denganmateri Yajňa.
  5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan materi kewajiban masing-masing Yajňa;
  6. Menyampaikan garis besar cakupan materi Yajňadan kegiatan yang akan dilakukan;
  7. Menyampaikanmetode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan digunakan saat membahas materi Yajňa.

 

Kegiatan Inti (90menit)

  1. Mengidentifikasi Topik

 

 

 

 

 

 

Setelah memahami pengertian dan bagian-bagian Yajňa, pendidik membangun pemikiran kritis peserta didik tentang kewajiban dari masing-masing bagian Yajňa. Pendidik dapat memberikan Bahan pengamatan berupa gambar atau video tentang pelaksanaan ritual Yajňa.

Apa permasalahan hidup yang mungkin akan dihadapi terhadap penyimpangan dari penerapan ajaran Yajňadi Masyarakat.

 

 

 

 

  1. Merencanakan Penelitian

 

 

 

 

 

 

 

Pendidik mengarahkan peserta didik membentuk kelompok dan berdiskusi dengan rekan sekelompok untuk merencanakan penelitian berkaitan dengan permasalahan yang disajikan. Peserta didik dapat bertanya kepada pendidikseandainya ada yang belum dipahami. Masing-masing ketua kelompok melaporkan rencana penelitian kelompoknya kepada pendidik.

 

 

 

 

 

  1. Implementasi Penelitian (Investigasi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan rencana masing-masng kelompok, peserta didik mencari informasi dan bahan referensi dari berbagi sumber seperti wawancara dengan tokoh yang dianggap relevan dengan topik penelitian, studi pustaka ataupun melalui sumber internetuntuk dapat menjawab permasalahanterhadap penyimpangan penerapan ajaran dalam kehidupan masyarakat dan kewajiban dari masing-masing jenjang dari ajaran Yajňa.

 

 

 

  1. Menganalisis Hasil Penelitian dan Menyiapkan Laporan

 

 

 

 

 

 

Masing-masing kelompok peserta didik menganalisis informasi/data yang diperoleh dan mempersiapkan laporan yang akan di presentasikan pada pertemuan berikutnya.

 

 

 

(Pertemuan Berikutnya)

  1. Mempresentasikan hasil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penelitian yang telah dilakukandi depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan dengan mengajukan pertanyaan ataupun memberikan saran atau masukkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Membuat kesimpulan bersama tentang kewajiban dari masing-masing jenjang dalam ajaran Yajňa,

 

 

 

  1. Evaluasi/ tes akhir materi Yajňa,(pengertian dan bagian-bagian Yajňa)

 

 

 

Penutup (25menit)

  1. Memfasilitasi dalam menemukan kesimpulan tentang materi Yajňamelalui reviu indikator yang hendak dicapai pada hari itu.
  2. Meminta beberapa peserta didik untuk mengungkapkan manfaat mengetahui ajaran YajňaMemberikan penghargaan (pujian) terhadap hasil presentasi dan diskusi siswa yang baik, dan mengingatkan kelompok yang kurang serius.
  3. Memberikan tugas kepada peserta didik, dan mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya maupun mempersiapkan diri menghadapi tes/ evaluasi akhir.
  4. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikato
  5. Diakhiri dengan doa dan mengucapkan salam Paramasantih

 

 

 

 

 

 

  1. Penilaian
    1. Teknik Penilaian:
      1. Penilaian Sikap  :    Observasi/pengamatan
      2. Penilaian Pengetahuan :         Tes Tertulis
      3. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik, Proyek, Portofolio
    2. Bentuk Penilaian.
      1. Observasi :           lembar pengamatan aktivitas peserta didik
      2. Tes tertulis :           uraiandan lembar kerja
      3. Unjuk kerja :           lembar penilaian presentasi
      4. Proyek :           lembar tugas proyek dan pedoman penilaian
      5. Portofolio :           pedoman penilaian portofolio
    3. Instrumen Penilaian (terlampir)
    4. Remedial
      • Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian KD nya belum tuntas
      • Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
      • Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
    5. Pengayaan
      • Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut:
        • Siwa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
        • Siwa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

 

 

 

Mengetahui                                                            Bontang, 18Juli 2018

Kepala Sekolah,                                                     Guru Mata Pelajaran,

 

 

 

Sumariyah, M.Pd                                                   Ni Made Adnyani, S.Ag

NIP. 19680711 199702 2 003                                NIP.19850802 200903 2 008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. MATERI
  2. PengertianYajña

 

Kapan terakhir kali kalian mengucap syukur kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa? Mungkin kita tidak menyadari bahwa ternyata sudah cukup lama kita tidak mengucapkan syukur lagi kepada Tuhan. Apapun kondisi dan masalah yang kita hadapi, entah itu baik ataupun buruk, Tuhan menginginkan agar kita senantiasa mengucap syukur. Bersyukur dengan apa yang masih kita miliki saat ini. Bersyukur kalau kita masih bisa menikmati hidangan walaupun sangat sederhana. Ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan itulah dilakukan dengan Yajña.Sebagai umat Hindu kalian sering mendengar kata Yajña. jarang orang mengetahui bahwa nilai-nilai Yajña itu dapat kita ambil dari wiracarita Rāmāyana.

Cerita Rāmāyana merupakan suatu pendidikan rohani yang mengandung hakekat dan nilai-nilai Yajñayang memiliki arti mendalam. Cerita Rāmāyana sesuai dengan cerita kehidupan manusia dalam mencari kebenaran dan hidup yang sempurna. Keagungan ceritanya banyak memberikan nilai-nilai falsafah kehidupan bagi manusia dari jaman ke jaman. Termasuk pula bagi kehidupan keagamaan umat Hindu yang ada di Indonesia. Nah, untuk itu mari kita mengingat kembali materi tentang Yajñapada jenjang sebelumnya, lalu kita kaitkan dengan nilai-nilai yang ada pada kitab Rāmāyana.

 

 

Gambar 1.Yajña dalam Rāmāyana

Sumber: www.ramayana.com

 

Gambar 2. Upacara Agni Hotra

Sumber:www.majalahraditya.com

Gambar 3. Dewa yajña

Sumber:bali.panduanwisata.id

Gambar 4. Manusa yajña

Sumber : www.kb.alitrb.com

Gambar 5. Butha  yajña

Sumber : www.balipanduanwisata.com

 

Yajñamenciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi, manusia dengan sesamanya dan keharmonisan hubungan manusia dengan alam.Hal ini bertujuan untuk mewujudkan Śraddhā atau keyakinan dalam menyampaikan rasa hormat, memohon kesucian, perlindungan dan menyampaikan rasa syukur atas rahmat yang dianugrahkannya.Dengan PañcaYajñamerupakan realisasi dari ajaran Tri Ṛṇa yaitu tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini.Kemudian PañcaYajñamenjadi rumusan dalam upaya membayar hutang (Ṛṇa).Bagian-bagian dari PañcaYajña adalah sebagai berikut.

  1. DewaYajñaartinya suatu persembahan atau korban suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya
  2. ṚṣiYajñaadalah suatu upacara yajñaberupa karya suci keagamaan yang ditujukan kepada para Maha Rsi, Orang Suci, Rsi, Pinandita, Guru dan yang ada hubungannya dengan Orang Suci Agama Hindu..
  3. PitraYajñaartinya suatu korban suci atau persembahan suci kepada Roh, Leluhur (Pitra) dan orang tua yang masih hidup dengan menghormati dan mengenang jasanya
  4. ManuṣiaYajñaadalah suatu korban suci atau persembahan suci demi kesempurnaan hidup manusia selama hidupnya.
  5. BhūtaYajñaadalah suatu korban suci atau pengorbanan suci kepada sarwaBhūtaatau makhluk-makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) atau tidak terlihat (niskala), hewan atau binatang, tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis makhluk lain cipataan Sang Hyang Widhi Wasa.

 

 

 

  1. Bentuk Pelaksanaan Yajña dalam KehidupanSehari – hari

Setelah kalian memahami pengertian dan pembagian Yajña di atas, coba kalian baca dan renungkan sloka berikut ini!

 

ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham,

mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.

(Bhagavadgītā IV.11.)

‛Sejauh mana orang menyerahkan diri kepadaku, aku menganugrahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu, semua orang menempuh jalanku, dalam segala hal, Wahai putra Pārtha’.

Banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa). Berdasarkan waktu pelaksanaanya, Yajñadapat dibedakan menjadi:

1.NityᾱYajña, yaitu Yajñayang dilaksanakan setiap hari, contohnya.

  1. Tri Sandhyamerupakan bentuk Yajñayang dilaksanakan setiap hari, dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, sore hari. Tujuanya adalah untuk memuja kemahakuasaan, mohon anugrah keselamatan, mohon pengampunan atas kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
  2. YajñaŚeṣa/masaiban/ngejot adalah Yajñayang dilakukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan trima kasih dan segala anugrah yang telah dilimpahkan kepada kita.
  3. JñānaYajñamerupakan Yajñadalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses belajar dan mengajar. Baik secara formal maupun secara informal. Umat Hindu hendaknya menyadari membiasakan diri belajar, karena hal itu merupakan salah satu cara mendekati diri kepada Sang Hyang Widhi Waasa (Yajña).

 

2.NaimittikaYajñaadalah Yajñayang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah di jadwal, dasar perhitungan adalah :

  1. Berdasarkan perhitungan warna, perpaduan antara TriWaradengan PañcaWara. Contoh: Hari Kajeng kliwon. Perpaduan antara PañcaWaradengan Sapta Wara. Contohnya: Budha wage, Budha kliwon, Anggara kasih dan lain sebagainya.
  2. Berdasarkan penghitungan Wuku. Contohnya: Galungan, Pagerwesi, Saraswati, Kuningan.
  3. Berdasarkan atas penghitungan Sasih. Contohnya: Purnama, Tilem, Nyepi, Śiwa Rātri.
  4. 3. Insidental adalah Yajñayang didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal, dan dipandang perlu untuk dibuatkan atau melaksanakanya Yajña.

Gambar 6: Sarana Upacara Yajña

Sumber:www.mbhargo.wordpress.com

Melaksanakan Yajñadiharapkan menyesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan situasi. Secara kwantitas Yajñadapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

  • Kanista, artinya yajñatingkatan yang kecil.
  • Madhyaartinya yajñapada tingkatan
  • Utamaartinya yajñapada tingkatanbesar

 

Keberhasilan sebuah Yajñabukan ditentukan oleh kemewahan, besar kecilnya materi yang dipersembahkan. Keberhasilan suatu Yajñasangat ditentukan oleh kesucian dan ketulusan hati serta kwalitas dari pada Yajñatersebut. Berkaitan dengan kwalitas Yajñadalam sastra Agama Hindu disebutkan sebagai berikut.

 

Aphalākāṅkṣibhir yajño vidhi-dṛṣṭo ya ijyante,

yaṣṭaavyam eveti manaḥ samādhāya sa sāttvikaḥ.

(Bhagavadgitā XVII.II.)

Terjemahan:

ʻDiantara korban-korban suci korban suci yang dilakukan menurut kitab suci,

karena kewajiban, oleh  orang yang tidak  mengharapkan pamerih,

adalah korban suci dalam sifat kebaikanʼ.

Berdasarkan sloka di atas, dapat di jelaskaan bahwa ada tiga pembagian Yajñadilihat dari kwalitasnya yaitu.

  1. TāmasikaYajñaadalah Yajñayang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk śāstra, mantra, kidung suci, dakṣiṇadan ŝraddhā.
  2. RājasikaYajñaadalah Yajñayang dilaksanakan dengan penuh harapanakan hasilnya dan bersifat pamer
  3. SāttwikaYajñaadalah Yajñayang dilaksanakan berdasarkan śraddhā, lascarya, śāstra agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmita

Untuk mewujudkan pelaksanaan Yajñayang sāttwika, ada tujuh syarat yang wajib untuk dilaksanan sebagai berikut:

  1. Śraddhāartinya melaksanakan Yajñadengan penuh keyakinan.
  2. Lascaryaartinya melaksanakan Yajñadengan pengorbanan.
  3. Śāstrayaitu melaksanakan Yajñadengan berdasarkan sumber śāstrayaitu śruti, smŗti, śila, ācāra, ātmanastuṣṭi.
  4. Dakṣiṇaadalah pelaksanaan Yajñadengan sarana upacra (benda atau uang).
  5. Mantradan Gītāadalah pelaksanaan Yajñadengan Mantra dan melantunkan lagu-lagu suci/kidung untuk pemujaan.
  • Annasewa, Adalah Yajñayang dilaksanakan dengan persembahan makan kepada para tamu yang menghadiri upcara (AtithiYajña).
  1. Nāsmitaadalah Yajñayang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melaksanakan Yajñamerupakan korban suci yang dilandasi dengan tulus ikhlas akan memberikan suatu kebahagiaan bagi para orang yang melaksanakannya. Dalam pelaksanaan Yajñamengandung nilai-nilai yang luhur yang mampu menuntun seseorang untuk mencapi kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.sesuai dengan tujuan hidup yang ada dalam agama Hindu (Mokṣārtham jagadhita ya ca iti dharma).

Keberadaan ceritaRāmāyanaboleh jadi memiliki perjalanan kesejarahan yang panjang serta dibawa bersamaan dengan munculnya kebudayaan Hindu dari India ke Nusantara. Dalam perjalanannya tersebut, tentu terdapat persinggungan kebudayaan yang unik antara India dengan Nusantara atau bahkan dengan Asia. Keunikan tersebut dibuktikan dengan munculnya berbagai versi gubahan atau saduran pada masa awal persebaran cerita Rāmāyana dari India ke berbagai daerah di Asia hingga Nusantara.

Tidak hanya pengaruh agama, saat penyebaran cerita ini, terdapat pula kontak sejarah kebudayaan yang cukup erat antara agama Hindu di Asia dan di India. Kontak ini meliputi seluruh elemen yang ada dalam kehidupan, khususnya nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita Rāmāyana.

Rāmāyana telah memainkan peran penting dalam proses perpindahan dan penyebaran elemen Hindu dari India ke negara-negara di Asia. Nilai-nilai Hindu selalu terlihat di mana pun kisah Valmiki diadopsi oleh negara-negara di Asia. Namun, nilai-nilai Hindu ini diserap dengan memperhatikan budaya asli negara itu termasuk di Nusantara.

 

 

  1. Ringkasan Cerita Rāmāyana

a). Balakāṇḍa

Di negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhyā yang diperintah oleh raja Daśaratha. Daśaratha memiliki tiga permaisuri, yaitu Kauśalyā, Sumitrā, dan Kaikeyī. Setelah pernikahannya, Daśaratha belum juga dikaruniai anak. Akhirnya ia mengadakan putrakamayajña(ritual suci) yang dipimpin Ṛsī Srengga. Dari upacara tersebut, Daśaratha memperoleh payasam berisi air suci untuk diminum oleh para permaisurinya. Kauśalyā dan Kaikeyī minum seteguk, sedangkan Sumitrā meminum dua kali sampai habis. Beberapa bulan kemudian, suara tangis bayi menyemarakkan istana. Kausalya yang berputra Rāmāsebagai anak tertua, Kaikeyi yang berputra Bharata dan Sumitra yanmg berputra Laksmana dan Satrughna. Dalam sayenbara di Wideha, Rāmāberhasil memperoleh Sītāputri raja Janaka sebagai istrinya.

Gambar 7:Putrakamayajña

Sumber:http://pedia.desibantu.com

 

b). Ayodhyākāṇḍa

Daśaratha merasa sudah tua, maka beliau hendak menyerahkan mahkotanya kepada Rāmā. Datanglah Kaikeyī yang memperingatkan bahwa ia masih berhak atas dua permintaan yang mesti dikabulkan oleh raja. Maka permintaan Kaikeyī yang pertama supaya bukan Rāmāmelainkan Bharatalah yang menjadi raja menggantikan Daśaratha. Permintaan kedua ialah supaya Rāmādibuang ke hutan selama 14 tahun.

Gambar 8:Rāmā, Lakṣmaṇadan Sītāistrinya meninggalkan Ayodhyā.

Sumber:http://www.dnaindia.com

 

DemikianlahRāmā, Lakṣmaṇadan Sītāistrinya meninggalkan Ayodhyā. Tak lama kemudian Daśaratha meninggal dan Bharata menolak untuk dinobatkan menjadi raja. Ia pergi ke hutan mencari Rāmā. Bagaimana pun ia membujuk kakaknya, Rāmā tetap pendiriannya untuk mengembara terus sampai 14 tahun. Pulanglah Bharata ke Ayodhyādengan membawa terompah Rāmā. Terompah inilah yang ia letakkan di atas singgasana, sebagai lambang bagi Rāmāyang seharusnya menjadi raja yang sah. Ia sendiri memerintah atas nama Rāmā.

 

c).  Āraṇyakāṇḍa

Rāmā di dalam hutan berkali-kali membantu para pertapa yang tidak habis-habisnya diganggu oleh raksasa. Suatu ketika ia berjumpa dengan raksasa perempuan Surpanaka namanya, ia jatuh cinta padanya. Oleh Lakṣmana raksasa ini dipotong telinga dan hidungnya. Kemudian ia melaporkan peristiwa ini kepada kakaknya Ravana, seorang raja raksasa yang berkepala sepuluh dan memerintah di Alengka. Diceritakan pula betapa cantiknya istri Rama.

Rāvaṇa pergi ketempat Rāmā, dengan maksud menculik Sītā sebagai pembalasan terhadap penghinaan adiknya. Marica seorang raksasa teman Rāvaṇa, menjelma sebagai kijang emas, dan berlari-lari kecil di depan kemah. Rāmādan Sītā sangat tertarik, dan meminta kepada suaminya untuk menangkap kijang itu. Ternyata kijang itu tidak sejinak nampaknya, dan Rāmāmakin jauh dari tempat tinggalnya. Akhirnya kijang itu dipanahnya. Seketika itu kijang itu menjelma menjadi raksasa dan menjerit keras.

Jeritan itu dikira oleh Sītā berasal dari Rāmā, maka disuruhnyalah iparnya memberi pertolongan. Sītātinggal sendirian. Datanglah seorang Brahmana kepadanya untuk berpura-pura meminta nasi. Sītādilarikannya. Dengan sangat bersedih hati mereka mencari jejak Sītā. Dalam pengembaraan yang tidak menentu itu, mereka bertemu dengan burung Jatayu. Burung tersebut merupakan bekas kawan baik Daśaratha, dan ketika ia melihat Sītādi bawa terbang oleh Rāvaṇa, ia mencoba mencegahnya. Dalam pertempuran yang terjadi, Jatayu kalah. Sehabis memberikan penjelasan itu, Jatayu mati.

Gambar 10: Pertempuran antara Rāvaṇadengan Jatayu.

Sumber:  https://en.wikipedia.org

 

d). Kiṣkindhakāṇḍa

Rāmā berjumpa dengan Sugriva, seorang raja kera yang kerajaan serta istrinya direbut oleh saudaranya sendiri yang bernama Walin. Rāmā bersekutu dengan Sugriwa untuk memperoleh kerajaan dan istrinya dan sebaliknya Sugriwa akan membantu Rāmā untuk mendapatkan Sītā dari negeri Alengka.

Khiskinda di gempur. Walin terbunuh oleh panah Rāmā. Sugriwa kembali menjadi raja Kiṣkindha dan Anggada, anak Walin dijadikan putra mahkota. Tentara kera berangkat ke Alengka. Di tepi pantai selat yang memisahkan Alengka dari daratan India, tentara itu berhenti. Dicarilah akal bagaimana untuk dapat menyeberangi lautan.

Gambar 11: Jembatan Situbanda

Sumber:  https://en.wikipedia.org

 

e). Sundarakāṇḍa

Hanuman, kera kepercayaan Sugriva, mendaki gunung Mahendra untuk melompat ke negeri Alengka. Akhirnya ia dapat pula menemukan Sītā. Kepada Sītā dijelaskan bahwa tak lama lagi Rāmāakan datang menjemput. Hanuman ditahan oleh tentara Lengka. Ia diikat erat-erat dan kemudian dibakar. Ia meloncat ke atas rumah dengan ekornya yang menyala menimbulkan kebakaran di kota Lengka. Kemudian Hanuman melompat kembali menghadap Rāmā untuk member laporan.

Gambar 12:Hanoman menghadap Sītā

Sumber:http://bbsl.org.uk

f). Yuddhakāṇḍa

Dengan bantuan Dewa Laut tentara kera berhasi membuat jembatan ke Lengka. Rāvaṇa yang mengetahui bahwa negaranya terancam musuh menyusun pertahanannya. Adiknya, Wibisana menasehatkan untuk mengembalikan Sītā kepada Rāmā dan tidak usah berperang. Rāvaṇa bukan main marahnya. Adiknya itu diusir dari Alengka dan menggabungkan diri dengan Rāmā.

Gambar 13: Pertempuran Rāmā dengan Rāvaṇa

Sumber:http://bbsl.org.uk

Setelah itu terjadilah pertempuran yang sengit, setelah Indrajit dan Kumbakarna gugur, Rāvaṇa terjun ke dalam kancah peperangan yang diakhiri dengan kemenangan di pihak Rāmādan Rāvaṇa terbunuh dalam peperangan tersebut. Setelah peperangan selesai Vibhisana adik Rāvaṇa yang memihak Rāmādiangkat menjadi raja di negeri Lengka serta Sītābertemu kembali dengan Rāmā.

Rāmā tidak mau menerima kembali istrinya, karena sudah sekian lamanya tinggal di Alengka dan tidak mungkin masih suci. Sītāsedih sekali kemudian ia menyuruh para abdinya membuat api unggun. Kemudian ia terjun ke dalam api. Nampaknya Dewa Agni di dalam api tersebut menyerahkan Sītākepada Rāmā. Rāmā menjelaskan, bahwa ia sama sekali tidak sanksi dengan kesucian Sītā, akan tetapi sebagai permaisuri kesuciannya harus terbukti di depan mata rakyatnya. Diiringi oleh tentara kera Rāmā beserta istri dan adiknya kembali ke Ayodhyā. Mereka disambut oleh Bharata yang segera menyerahkan tahta kerajaan kepada Rāmā.

 

g). Uttarakāṇḍa

Bagian ini menceritakan bahwa kepada Rāmā terdengar desas-desus bahwa rakyat menyangsikan kesucian Sītā. Maka untuk memberi contoh yang sempurna kepada rakyat diusirlah Sītādari istana. Tibalah Sītādi pertapaan Vālmīki, yang kemudian mengubah riwayat Sītātersebut menjadi wiracarita Rāmāyana. Dipertapaan itu Sītā melahirkan dua anak laki-laki kembar, Kusa dan Lava. Kedua anak ini dibesarkan oleh Vālmīki.

Waktu Rāmā mengadakan Aswamedha, Kusa dan Lava hadir di istana sebagai pembawa nyanyi-nyanyian Rāmāyanayang digubah oleh Vālmīki. Segeralah Rāmā mengetahui, bahwa kedua anak laki-laki itu adalah anaknya sendiri. Maka dipanggilah Vālmīki untuk mengantarkankembali Sītā ke istana.

Gambar 14: Pembuktian Sītā

Sumber:http://ramayana.com

 

Setiba di istana, Sītā bersumpah, janganlah hendaknya raganya diterima oleh bumi seandainya ia memang tidak suci. Seketika itu belahlah dan muncul Dewi Pertiwi di atas singasana emas yang didukung oleh ular-ular naga. Sītā dipeluknya dan dibawanya lenyap ke dalam bumi. Rāmā sangat sedih dan menyesal, tetapi tidak dapat memperoleh istrinya kembali. Rāmā kemudian menyerahkan mahkotanya kepada kedua anaknya, dan kembali ia ke kahyangan sebagai Visnu

 

  1. Nilai-nilai Yajñadalam Cerita Rāmāyana

Sebelum mengidentifikasi Nilai-nilai Yajñadalam Cerita Rāmāyana ini, coba kalian cari beberapa perbedaan antara cerita Rāmāyana yang di sajikan pada e-Modul dengan cerita Rāmāyana yang kalian peroleh!

Lalu temukan bentuk-bentuk pelaksanaan Yajñapada cerita yang kalian temukan tersebut!

Tuliskan pada lembar lain apa yang telah kalian temukan tersebut!

 

CeritaRāmāyanamengisahkan Raja Daśaratha melaksanakan Homa Yajña untuk memohon keturunan. Beliau meminta RṣīRěṣyasrěngga sebagai purohita untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa dalam upacara Agnihotra. Setelah upacara tersebut beliau mendapatkan empat orang kesatria dari tiga permaisurinya, yaitu Śrī Rāmā, Bharata, Lakṣmaṇa, dan Satrugṇa. Kisah persiapanHoma Yajña yang dilakukan oleh Prabu Daśaratha, dipaparkan juga dalam Kekawin Rāmāyana karya Empu Yogiswara. Dari beberapa kutipan slokanya dapat dipetik nilai PañcaYajña yang terkandung dalam cerita Rāmāyana diantaranya, dalamPrathamas Sarggah sloka 24-34 menjelaskan sebagai berikut:

Saji ning yajña ta umandang,

Śrī-Wrĕkṣa samiddha puṣpa gandha phala,

dadhi ghrĕta krĕṣṇatila madhu,

mwang kumbha kusāgra wrĕtti wĕtih.

Terjemahan

Sajen upacara korban telah siap; kayu cendana, kayu bakar, bunga, harum-haruman dan buah-buahan; susu kental, mentega, wijen hitam, madu; periuk, ujung alang-alang, bedak dan bertih

 

Luměkas ta sira mahoma,

prétādi piśāca rākṣasa minantran

bhūta kabéh inilagakěn,

asing mamighnā rikang yajña.

Terjemahan

Mulailah beliau melaksanakan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya, pisaca raksasa dimanterai. Bhuta Kala semua di usir, segala yang akan mengganggu upacara korban itu.

 

Sakalī kāraṇa ginawé,

Āwāhana lén pratiṣṭa sānnidhya,

Paraméśwara inangěn-angěn,

Amunggu ring kuṇda bahnimaya

Terjemahan

Segala perlengkapan upacara telah siap. Doa dan perlengkapan tempat hadirnya Bhatara. Bhatara Siwa yang dicipta, hadir pada tungku api.

 

Dari beberapa kutipan sloka tersebut dapat diambil nilai Pancayajña yang terkandung dalam cerita Rāmāyana

 

 

 

  1. Dewa Yajña

DewaYajña adalah Yajña yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya. Pelaksanaan Homa Yajña yang dilaksanakan oleh Prabu Daśaratha. Homa Yajña atau Agni Hotra sesuai dengan asal katanya Agni berarti api dan Hotra berarti penyucian. Upacara ini dimaknai sebagai upaya penyucian melalui perantara Dewa Agni. Jika Istadevatanya bukan Dewa Agni, sesuai dengan tujuan yajamana, maka upacara ini dinamai Homa Yajña. Istilah lainnya adalah Havanadan Huta.

Pada bagian yang lain dari cerita Rāmāyana juga disebutkan bagaimana Śrī Rāmā dan Lakṣmaṇaditugaskan oleh Raja Daśarathauntuk mengamankan pelaksanaan Homa yang dilakukan oleh para pertapa dibawah pimpinan Maharsī Visvamitra. Dari kisah tersebut, tampak jelas keampuhan upacara Homa Yajña.

Gambar 15: Upacara Dewa Yajña

Sumber:http://bali.tribunnews.com

 

b). PitraYajña

Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Kata pitrabersinonim dengan pitayang artinya ayah atau dalam pengertian yang lebih luas yaitu orang tua dan orang yang dituakan pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Sebagai umat manusia yang beradab, hendaknya selalu berbhakti kepada orang tua. Betapa durhakanya seseorang apabila berani dan tidak bisa menunjukkan rasa bhaktinya kepada orang tua sebagai pitra.

Gambar 16: Upacara Tiwah di Kalimantan

Sumber:http://humas.kotimkab.go.id

 

Seperti yang diuaraikan dalam kisah kepahlawanan Rāmāyana,dimana Śrī Rāmā selalu menunjukkan rasa bhakti yang tinggi terhadap orang tuanya. Seperti yang tertuang pada Kekawin Rāmāyana Trĕyas Sarggah sloka 9sebagai berikut:

 

Sawét nikana satya sang prabhu kinon ng anak minggata,

Kadi pwa ya hilang ng asih nira hiḍĕp nikang mwang kabéh,

Gĕlāna mangarang n galah salahasātimohā ngĕsah,

Mahöm ta sahana nya kapwa umasö ri Sang Rāghawa.

Terjemahan

‘Karena setianya sang prabhu (akan janji) disuruh putranya supaya pergi.

Seperti lenyaplah kasih sayangnya, demikian pikir orang banyak.

Gundah gulana, sedih. Kecewa amat bingung dan berkeluh kesah

Maka berundinglah semuanya menghadap kepada Sang Rāmā.

 

Demi memenuhi janji orang tuanya (Raja Daśaratha), Śrī Rāmā, Lakṣmaṇa dan Dewi Sītā mau menerima perintah dari sang Raja Daśaratha untuk pergi hidup di hutan meninggalkan kekuasaanya sebagai raja di Ayodhyā. Dari kisah ini tentu dapat dipetik suatu hakekat nilai yang sangat istimewa bagaimana bhakti seorang anak terhadap orang tuanya.

c). Manusa Yajña

ManusaYajñaatau NaraYajñaitu adalah memberi makan pada masyarakat (maweh apangan ring kraman) dan melayani tamu dalam upacara (athiti puja). Namun dalam penerapannya di Nusantara, upacara ManusaYajñatergolong Sarira Samskara. Inti Sarira Samskaraadalah peningkatan kualitas manusia. ManusaYajñadi Nusantara dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan upacara pawiwahanatau upacara perkawinan.

Gambar 17: Upacara Pernikahan Adat Bali

Sumber:Dokumentasi Penyusun

 

Manusa  Yajña yang termuat di dalam uraian kisah Rāmāyanayang meceritakan Śrī Rāmā mempersunting Dewi Sītā. Hal ini juga tertuang dalam Kekawin Rāmāyana Dwitīyas Sarggah sloka 63, yang isinya sebagai berikut :

 

Rānak naréndra gunamānta suśīla śakti,

Sang Rāmadéwa tamatan papaḍé rikéng rāt,

Sītā ya bhaktya ryanak naranātha tan lén,

Nāhan prayojana naréndra pinét marā ngké.

Terjemahan

‘Putra tuanku gunawan, susila dan bakti. Sang Ramadewa tiada tandingnya di dunia ini,

Sita akan bakti kepada putra tuanku, tidak lain.

Itulah tujuan kami tuanku dimohon kemari.’

 

Upacara Śrī Rāmā mempersunting Dewi Sītā merupakan suatu nilai Yajña yang terkandung didalamnya. Selayaknya suatu pernikahan suci, upacara ini dilaksanakan dengan Yajña yang lengkap dipimpin oleh seorangpurohita raja dan disaksikan oleh para Dewa, kerabat kerajaan beserta para Mahaṛsī

 

d). ṚsīYajña

Gambar 18: Ṛsī Yajña

Sumber:http://bali.tribunnews.com

 

Ṛsī Yajñaitu adalah menghormati dan memuja Ṛsī atau pendeta. Dalam lontar Agastya Parwa disebutkan, Ṛsī Yajñangaranya kapujan ring pandeta sang wruh ring kalingganing dadi wang, artinya Ṛsī Yajñaadalah berbakti pada pendeta dan pada orang yang tahu hakikat diri menjadi manusia. Dengan demikian melayani pendeta sehari-hari maupun saat-saat beliau memimpin upacara tergolong ṚsīYajña. Pada kisah Rāmāyana, nilai-nilai ṚsīYajñadapat dijumpai pada beberapa bagian dimana para tokoh dalam alur ceritanya sangat menghormati para Ṛsīsebagai pemimpin keagamaan, penasehat kerajaan dan guru kerohanian. Misalnya pada Kekawin RāmāyanaPrathamas Sarggahsloka 30, sebagai berikut:

 

Sāmpun pwa sira pinūjā,

bhinojanan sang mahārṣi paripūrṇna,

kalawan sang wiku sākṣī,

winūrṣita dinakṣiṇān ta sira

Terjemahan

Sesudah beliau dipuja, disuguhkan suguhan sang mahaṚsī, bersama sang wiku yang menjadi saksi, dihormati dipersembahkan hadiah untuk beliau.

 

Mahaṛsī sebagai seorang rohaniawan senantiasa memberikan wejangan suci dan ilmu pengetahuan keagamaan untuk menuntun umatnya tentang ajaran ketuhanan. Keberadaan beliau tentu sangat penting dalam kehidupan umat beragama. Dalam epos Rāmāyana banyak sekali dapat ditemukan nilai-nilai ṛsīyajña yang termuat dalam kisahnya. Oleh karena itu banyak sekali hakekat yajña yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.

 

  1. BhūtaYajña

Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kalaatau berbagai kekuatan negatif yang dipandang dapat mengganggu kehidupan manusia. ButhaYajñapada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan butha kalamenjadi butha hita. Buthahitaartinya menyejahterakan dan melestarikan alam lingkungan (Sarwaprani). Upacara buthayajñayang lebih cenderung untuk nyomiaatau mendamaikan atau menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar tidak mengganggu kehidupan umat manusia dan bahkan diharapkan membantu umat manusia.

Pengertian Bhuta Yajñadalam bentuk upacara amat banyak macamnya. Kesemuanya itu lebih cenderung sebagai upacara nyomiaatau mendamaikan atau mengubah fungsi dari negatif manjadi positif. Sedang arti sebenarnya bhutayajñaadalah memelihara kesejahteraan dan keseimbangan alam. Pelaksanaan upacara dewayajñaselalu di barengi dengan bhutayajña, hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan alam semesta beserta isinya.

 

 

Gambar 19: Upacara Kasada Umat Hindu Tengger

Sumber:https://m.tempo.co

 

Nilai-nilaibhutayajña juga Nampak jelas pada uraian kisah epos Rāmāyana, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan homa yajña sebagai yajña yang utama juga dibarengi dengan ritual bhuta yajña. Hal ini dikuatkan dengan apa yang tertuang pada Kekawin Rāmāyana Prathamas Sarggah sloka 25 yang isinya sebagai berikut :

Luměkas ta sira mahoma,

prétādi piśāca rākṣasa minantran

bhūta kabéh inilagakěn,

asing mamighnā rikang yajña.

Terjemahan

Mulailah beliau melaksanakan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya, pisaca raksasa dimanterai. Bhuta Kala semua di usir, segala yang akan mengganggu upacara korban itu.

 

Pada setiap pelaksanaan upacara yajña, kekuatan suci harus datang dari segala arah. Oleh sebab itu, segala macam bentuk unsur negatif harus dinetralisir untuk dapat menjaga keseimbangan alam semesta. Bhuta yajña sebagai bagian dari yajña merupakan hal yang sangat pendting untuk mencapai tujuan ini, sehingga tidak salah pada setiap pelaksanaan upacara dewa yajña akan selalu di barengi dengan upacara bhuta yajña.

 

 

 

 

INTRUMEN PENILAIAN SIKAP

 

Nama Satuan pendidikan       : SMAN 2 Bontang

Tahun pelajaran                     : 2018/2019

Kelas/Semester                      : X / Semester I

Mata Pelajaran                        : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

NO WAKTU NAMA KEJADIAN/

PERILAKU

BUTIR SIKAP POS/

NEG

TINDAK LANJUT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

 

Mengetahui                                                             Bontang, 18 Juli 2018

Kepala Sekolah,                                                     Guru Mata Pelajaran,

 

 

 

Sumariyah, M.Pd                                      Ni Made Adnyani, S.Ag

NIP. 19680711 199702 2 003                                NIP.19850802 200903 2 008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KISI-KISI SOAL

Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas/Program            : X

Semester                    : I

 

No. Kompetensi Dasar IPK Materi Stimulus Indikator Soal Bentuk Soal No. Soal
1 3.1Memahami hakekat dan nilai-nilai yajňa yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa 3.1.1 Menjelaskan pengertian Panca  Yajňa berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Yajňa.   Peserta didik mampu menjelaskan pengertian

yajňa

Uraian 1
3.1.2 Menyebutkan bagian-bagian Yajňa.   Peserta didik mampu menyebutkan bagian-bagian yajňa Uraian 2
3.1.3      Menguraikan pengertian bagian-bagian Yajňa

 

  Peserta didik mampu menjelaskan bagian-bagian yajňa Uraian 3 s/d 7
3.1.4 Menguraikan pengertian bagian – bagian YajňaMengaitkan nilai – nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇa dengan fenomena yang terjadi di masyarakat Disajikan uraian singkat keterkaitan Yajňa dalam cerita ramayana Peserta didik mampu menganalisa keterkaitan yajňa di bali dan yajňa di india Uraian 9
Disajikan uaraian permasalahan tentang kesalahpahaman melaksanakan Yajňa Peserta didik mampu menganalisis bagaimana permasalahan di atas jika dikaitkan dengan kesalah pahaman beryajňa Uraian 10

 

INSTRUMEN TES TERTULIS

 

Satuan Pendidikan     :      SMAN 2 Bontang

Mata Pelajaran            :      Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas                            :      X

Kompetensi dasar      :      3.1       Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa

Indikator                      :      3.1.1   Menjelaskan pengertian Panca Yajňa berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

  • Menyebutkan bagian-bagian Yajňa.
  • Menguraikan pengertian bagian-bagian Yajňa
  • Menguraikan pengertian bagian – bagian Yajňa Mengaitkan nilai – nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇa dengan fenomena yang terjadi di masyarakat

Soal:

NO Pertanyaan Jawaban Skor
1 Jelaskanlah pengertian Yajña Yajña berasal dari kata yaj yang artinya memuja atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci. Kata ini juga diartikan bertindak sebagai perantara. Arti Yajña yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus. Betul

5

2

 

Sebutkanlah bagian – bagian dari panca Yajňabeserta artinya 1.         Dewa Yajña artinya suatu persembahan atau korban suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya

2.         Ṛṣi Yajña adalah suatu upacara yajña berupa karya suci keagamaan yang ditujukan kepada para Maha Rsi, Orang Suci, Rsi, Pinandita, Guru dan yang ada hubungannya dengan Orang Suci Agama Hindu..

3.         Pitra Yajña artinya suatu korban suci atau persembahan suci kepada Roh, Leluhur (Pitra) dan orang tua yang masih hidup dengan menghormati dan mengenang jasanya

4.         Manuṣia Yajña adalah suatu korban suci atau persembahan suci demi kesempurnaan hidup manusia selama hidupnya.

5.         Bhūta Yajña adalah suatu korban suci atau pengorbanan suci kepada sarwa Bhūta atau makhluk-makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) atau tidak terlihat (niskala), hewan atau binatang, tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis makhluk lain cipataan Sang Hyang Widhi Wasa.

Betul

5

3 Jelaskanlah pengertian nitya Yajňa dan berikan contohnya 1. Nityᾱ Yajña, yaitu Yajña yang dilaksanakan setiap hari, contohnya.

a)    Tri Sandhya merupakan bentuk Yajña yang dilaksanakan setiap hari, dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, sore hari. Tujuanya adalah untuk memuja kemahakuasaan, mohon anugrah keselamatan, mohon pengampunan atas kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.

b)    YajñaŚeṣa/masaiban/ngejot adalah Yajña yang dilakukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan trima kasih dan segala anugrah yang telah dilimpahkan kepada kita.

c)     JñānaYajña merupakan Yajña dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses belajar dan mengajar. Baik secara formal maupun secara informal. Umat Hindu hendaknya menyadari membiasakan diri belajar, karena hal itu merupakan salah satu cara mendekati diri kepada Sang Hyang Widhi Waasa (Yajña).

Betul

5

4 Sebutkan dan jelaskan Yajňaberdasarkan waktu pelaksanaanya 1.     Nityᾱ Yajña, yaitu Yajña yang dilaksanakan setiap hari.

2.     Naimittika Yajña adalah Yajña yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah di jadwalkan berdasarkan sasih, wuku, wewaran.

3.     Insidental adalah Yajña yang didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal, dan dipandang perlu untuk dibuatkan atau melaksanakanya Yajña.

Betul

5

5 Jelaskan perbedaan Yajňaberdasarkan kwalitasnya 1.         TāmasikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk śāstra, mantra, kidung suci, dakṣiṇa dan ŝraddhā.

2.         RājasikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya dan bersifat pamer

3.         SāttwikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan berdasarkan śraddhā, lascarya, śāstra agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmita

Betul

10

6 Mengapa kita harus melakukan Yajňa Karena adanya Ṛṇa(hutang). Tri Ṛṇa kemudian menimbulkan Pañca Yajña yaitu dari Dewa Ṛna menimbulkan Devayajña dan Bhutayajña, dari ṚsīṚna menimbulkan Ṛsīyajña, dan dari Pitra Ṛna menimbulkan pitrayajña dan manusayajña. Betul

10

7 Jelaskan pengertian Biksuka Bhiksuka juga sering disebut Sanyasin. Kata

Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu, sebutan untuk pendeta Buddha. Bhiksu artinya meminta-minta.

Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas dari

ikatan keduniawian dan hanya mengabdikan diri

kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan

ajaran-ajaran kesusilaan.

Betul

10

8 Suatu hari Bapak Made akan melakukan persembahyangan purnama di pura kahyangan desa. Dalam perjalanan ke pura, Bapak Made mgalami musibah kecelakaan yang mengakibatkan beliau tidak bisa melanjutkan niatnya untuk bersembahyang di pura. Oleh keluarganya, Bapak Made di buatkan upacara yajña di tempat Bapak Made mengalami musibah kecelakaan.  Termasuk kedalam bagian Yajňa manakah bapak made Nityᾱ Yajña pada bagian yajna isidental Yajña yang didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal, dan dipandang perlu untuk dibuatkan atau melaksanakanya Yajña. Betul

10

9 Perhatikan gambar berikut :

Jelaskanlah makna filosofi yang terkandung dalam upacara “mecaru” sebagai bentuk pelaksanaan upacara  butha Yajňa?

Caru adalah korban suci yaitu upacara yadnya yang bertujuan untuk keseimbangan para bhuta sebagai kekuatan bhuwana alit maupun bhuwana agung sebagaimana disebutkan dalam kanda pat butha sehingga dengan adanya keseimbangan tersebut berguna bagi kehidupan ini. caru yang dalam sejarahnya disebutkan diawali dari terjadinya kekacauan alam semesta yang mengganggu ketentraman hidup sebagai akibat dari godaan-godoaan bhuta kala, sehingga Hyang Widhi Wasa menurunkan Hyang Tri Murti untuk membantu manusia agar bisa menetralisisir dan selamat dari godaan-godaan para bhuta kala itu sehingga mulailah timbul banten “Caru” sebagaimana disebutkan dalam mitologi caru dijelaskan pula bahwa, Caru (Mecaru, Pecaruan, Tawur) sebagai upacara yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah, lestari sebagian dari upacara Butha Yadnya, Dengan demikian, upacara mecarau adalah aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana, seperti yang disebutkan dalam lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan. upacara pecaruan ada yang dilakukan dalam bentuk kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma, sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu (biasanya lebih besar) disebut Naimitika Karma.  

Betul

20

10  

Perhatikan gambar berikut : Jelaskanlah makna filosofi yang terkandung dalam upacara “mepandes” sebagai bentuk pelaksanaan upacara  manusa Yajňa?

Sebagai simbolis meningkatnya seorang anak menjadi dewasa, yakni manusia yang telah mendapatkan pencerahan, sesuai dengan makna kata dewasa, dari kata devaṣya yang artinya milik dewa atau dewata. Seorang telah dewasa mengandung makna telah memiliki sifat dewata (Daivi sampad) seperti diamanatkan dalam kitab suci Bhagavadgītā. Betul

20

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumlah Skor Perolehan

Nilai siswa :                                                x  100

Jumlah Skor Maksimal

 

 

Mengetahui                                                             Bontang, 18 Juli 2018

Kepala Sekolah,                                                     Guru Mata Pelajaran,

 

 

 

Sumariyah, M.Pd                                                  Ni Made Adnyani, S.Ag

NIP. 19680711 199702 2 003                                NIP.19850802 200903 2 008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

INSTRUMEN PENUGASAN

 

Satuan Pendidikan     :      SMAN 2 Bontang

Mata Pelajaran            :      Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas                            :      X

Kompetensi dasar      :      3.1       Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa

 

Indikator                      :      3.1.1   Menjelaskan pengertian Panca Yajňa berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

  • Menyebutkan bagian-bagian Yajňa.
  • Menguraikan pengertian bagian-bagian YajňaMenguraikan pengertian bagian – bagian Yajňa Mengaitkan nilai – nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇa dengan fenomena yang terjadi di masyarakat

Materi                           :      Yajňa

 

Contoh Tugas:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rubrik Penilaian

 

Nama siswa/kelompok            : …………………………………………………

Kelas                                         : ………………………………………………….

Tanggal Pengumpulan           : ……………………………………………………………

 

Rambu-rambu Skor No. Soal Jumlah
1 2 3
·      Adanya kerangka berpikir yang logis sesuai dengan materi.

·      Terjadinya  proses pengumpulan data yang baik, pemecahan masalah secara matematis terkait materi yang telah dibahas dengan memperlihatkan cara berpikir kritis dan kreatif.

·      Adanya kesimpulan akhir yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

5

10

 

 

5

10

10

 

 

10

15

20

 

 

15

30

40

 

 

30

Total 20 30 50 100.
Tidak melakukan tugas 0 0 0 0

 

Kriteria:

 

 

 

Mengetahui                                                             Bontang, 18 Juli 2018

Kepala Sekolah,                                                     Guru Mata Pelajaran,

 

 

 

Sumariyah, M.Pd                                                  Ni Made Adnyani, S.Ag

NIP. 19680711 199702 2 003                                NIP.19850802 200903 2 008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK

 

SatuanPendidikan           :    SMAN 2 Bontang

Mata Pelajaran                 :    Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas                                 :    X/II

Kompetensi dasar           :    4.1 Menyajikan nilai-nilai pelaksanaan Yajňa menurut kitab Rāmāyaṇa dalam kehidupan

Indikator        :

4.1.1Menyesuaikan ajaran  Yajňa dalam konteks kehidupan saat ini

4.1.2Mendemonstrasikan ajaran Yajňa dalam tatanan kehidupan

4.1.3 Mempraktikkan pelaksanaan panca yajňa yang terdapat dalam ceritera Rāmāyaṇa

Materi                                :  Yajňa

 

 

Rubrik Penilaian Ketrampilan Presentasi

Nama/Kelompok      :     …………………………………………………….

Kelas                        :     …………………………………………………….

Tanggal Penilaian   :     …………………………………………………….

 

No Indikator Deskriptor (rentang 4-1) Skor
 

1

 

Penguasaan materi  presentasi

 

1.     Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan sangat baik
2.     Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan cukup baik
3.     Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan kurang baik
4.     Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan sangat kurang baik
 

2

 

Sistematika presentasi

(Pembukaan, isi dan penutup )

1.     Materi presentasi disajikan secara runtut dan sistematis
2.     Materi presentasi disajikan secara runtut tetapi kurang  sistematis
3.     Materi presentasi disajikan secara kurang runtut dan tidak sistematis
4.     Materi presentasi disajikan secara tidak runtut dan tidak sistematis
 

3

 

Penggunaan bahasa

1.     Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami
2.     Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami
3.     Bahasa yang digunakan   sulit dipahami
4.     Bahasa yang digunakan sangat sulit dipahami
 

4

 

Pemaparan/Presentasi

1.     Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang tepat dan artikulasi/lafal yang jelas
2.     Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang agak tepat dan artikulasi/lafal yang agak  jelas
3.     Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang kurang tepat dan artikulasi/lafal yang kurang  jelas
4.     Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang tidak tepat dan artikulasi/lafal yangtidak  jelas
 

5

 

Pemanfaatan Media

1.     Media yang dimanfaatkan sangat jelas, menarik, dan menunjang seluruh sajian
2.     Media yang dimanfaatkan jelas tetapi kurang menarik
3.     Media yang dimanfaatkan kurang jelas dan tidak menarik
4.     Media yang dimanfaatkan tidak  jelas dan tidak  menarik
 

6

 

Kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan

1.     Mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan/sanggahan dengan arif dan bijaksana
2.     Mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan/sanggahan dengan cukup baik
3.     Kurang mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan dengan baik
4.     Sangat kurang mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
TOTAL  SKOR

 

Jumlah Skor Perolehan

Nilai  :                                               x 100

Jumlah Skor Maksimal

 

 

Mengetahui                                                             Bontang, 18 Juli 2018

Kepala Sekolah,                                                     Guru Mata Pelajaran,

 

 

 

Sumariyah, M.Pd                                                  Ni Made Adnyani, S.Ag

NIP. 19680711 199702 2 003                                NIP.19850802 200903 2 008

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO

 

SatuanPendidikan         :    SMAN 2 Bontang

Mata Pelajaran             :    Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas/Semester            :    X/ 1

Tahun Pelajaran           :    2018/2019

Waktu Penilaian            :    Minggu ke-4

Kompetensi dasar           :    4.1 Menyajikan nilai-nilai pelaksanaan Yajňa menurut kitab Rāmāyaṇa dalam kehidupan

Indikator        :

4.1.1Menyesuaikan ajaran  Yajňa dalam konteks kehidupan saat ini

4.1.2Mendemonstrasikan ajaran Yajňa dalam tatanan kehidupan

4.1.3 Mempraktikkan pelaksanaan panca yajňa yang terdapat dalam ceritera Rāmāyaṇa

Jenis Portofolio          :        Hasil tugas Individu dan kelompok

Tujuan Portofolio       :        Memantau perkembangan kemampuan keterampilan Pendidikan Agama Hindu peserta didik, dengan menyeimbangkan aspek kemampuan pengetahuan dan sikap.

Tugas I

  1. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu siswa
  2. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat pada kertas folio bergaris.
  3. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir

 

PEDOMAN PENSKORAN:

 

KRITERIA YANG DINILAI SKOR MAKSIMAL
Siswa menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan dengan lengkap, dan tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat waktu 4
Siswa menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan sebagian besar benar tapi kurang lengkap, serta dikumpulkan tepat waktu 3
Siswa menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun sebagian besar salah, kurang lengkap, dan tidak dikumpulkan tepat waktu 2
Siswa menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun tugas yang dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta tidak dikumpulkan tepat waktu 1
Siswa tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena tidak pernah mengumpulkan tugas 0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO

 

Jenis Tugas                           :

Kelas                                      : X

Semester/ Tahun Pelajaran: II/ 2018/2019

 

No Nama Siswa Tugas KD Nilai Tanda Tangan Ket.

(Tgl Pengumpulan)

Peserta Didik Guru

 

 

 

Mengetahui                                                             Bontang, 18 Juli 2018

Kepala Sekolah,                                                     Guru Mata Pelajaran,

 

 

 

Sumariyah, M.Pd                                                  Ni Made Adnyani, S.Ag

NIP. 19680711 199702 2 003                                NIP.19850802 200903 2 008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KARTU  SOAL

 

Mata Pelajaran           :Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas/Semester         :X/I

Kurikulum                  :K13

Guru Mapel                 : Ni Made Adnyani, S.Ag

 

 

Kompetensi Dasar : 3.1 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa
Materi : Yajňa
Indikator Soal : Menguraikan pengertian bagian – bagian Yajňa Mengaitkan nilai – nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇa dengan fenomena yang terjadi di masyarakat

 

  1. Soal:

Sebagai seseorang yang hidup di era modern ini mau tidak mau tentu kita dituntut untuk melaksanakan upakara Yajňa. Agama hindu telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita melaksanakan yajnadi kehidupan ini melalui ajaran-ajaranya.Dalam melakukan korban suci yang tulus iklas disebut dengan yajna, agama Hindu juga mengajarkan adanya tiga tingkatan kwanlitas yajna (satwika, tamasika, rajasika). Coba berikan contoh salah satu upakara yajna berdasarkan kuanlitasnya (satwika, tamasika, rajasika)

 

Kunci/Pedoman Penskoran:

Upacara buta yajna dengan kualitasnya

  1. Satwika yajna : yaitu yajna yang dilakukan sesuai dengan kitab-kitab suci, dilakukan tanpa mengharaf pahala, dan percaya sepenuhnya bahwa upacara ini sebagai tugas dan kewajiban. Contohnya Melaksanakan upacara butha yajna dengan tulus iklas

 

  1. Tamasika yajna yaitu yajna yang dilakukan dengan mengharapkan ganjaran / hasil dan semata-mata untuk kemegahan atau prestise. Contohnya ketika melakukan upakara yajna yang besar maka akan mendapatkan hasil yang besar pula.

 

  1. Rajasika yajna yaitu yajna yang dilakukan tanpa aturan (bertentangan), makanan tidak dihidangkan, tanpa mantra, sedekah dan keyakinan. Contohnya melakukan upacara yajna tanpa keiklasan.

 

Jumlah Skor Perolehan

Nilai siswa :                                                x  100

Jumlah Skor Maksimal

 

 

Keterangan (mengapa Hots)

 

Diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk menganalisa keterkaitan kedua ajaran tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mata Pelajaran           :Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas/Semester         :X/II

Kurikulum                  :K13

Guru Mapel                 :Ni Made Adnyani, S.Ag

 

Kompetensi Dasar : 3.5 Memahami hakekat dan nilai-nilai Yajňa yang terkandung dalam kitab Rāmāyaṇa
Materi : Yajňa
Indikator Soal : Menguraikan pengertian bagian – bagian YajňaMengaitkan nilai – nilai Yajňa dalam Rāmāyaṇadengan fenomena yang terjadi di masyarakat

 

  1. Soal:

Dewasa ini banyak sekali orang yang tidak lagi menuruti aturan-aturan agama seperti melakukan upacara yajna tanpa melihat kemampuan diri masing masing padahal secara ekonomi sudah tidak mampu melaksanakan yajna bersifat jor joran, padahal dalam agama hindu sudah ada kuantitas yajna berdasarkan kemampuan (nista,madya,utama) coba berikan uraian dan contoh menurut anda melaksanakan yajna berdasarkan kuantitas?

Kunci/Pedoman Penskoran:

Dilihat dari kuantitasnya maka yadnya dibedakan menjadi berikut :

  1. Nista, artinya yadnya tingkatan kecil. Tingkatan nista ini dibagi menjadi 3, yaitu :
  2. Nistaning nista adalah terkecil di antarayang kecil
  3. Madyaning niasta adalah sedang di antara yang kecil
  4. Utamaning nista adalah terbesar diantara yang kecil

contohnya ketika melaksanakan upacara mecaru cukup dengan caru ayam brumbun saja.

  1. Madya, artinya sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan :
  2. Nistaning madya adalah terkecil di antarayang sedang
  3. Madyaning madya adalah sedang di antara yang sedang
  4. Utamaning madya adalah terbesar diantara yang sedang

contohnya ketika melaksanakan upacara mecaru dengan caru ayam manca warna.

 

  1. Utama , artinya besar, yang terdiri dari 3 tingkatan :
  2. Nistaning utama adalah terkecil di antara yang besar
  3. Madyaning utama adalah sedang di antara yang besar
  4. Utamaning utama adalah yang paling besar

contohnya utama adalah  upacara terbesar dari butha yajna melaksanakan upacara rsi gana & Tawur.

Jumlah Skor Perolehan

Nilai siswa :                                                x  100

Jumlah Skor Maksimal

 

 

Keterangan (mengapa Hots)

 

Untuk mengaitkan suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari dengan satu ajaran dalam Agama diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk menganalisanya sehingga peserta didik mampu memprediksi akibat dari suatu sebab yang terjadi dan peserta didik akhirnya mampu memahami kewajiban-kewajiban yang harus mereka patuhi pada setiap jenjang ajaran Yajňa.

 

CONTOH SOAL HOTS AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

 

  1. Dalam kitab ramayana pada bagian ayodhya kanda, secara umum menceritakan tentang Sri Rama yang mengasingkan diri kedalam hutan untuk memenuhi permintaan permaisuri keikayi. Selain itu dijelaskan juga kehidupan sri rama, dewi sita dan laksamana sebagai seorang brahmana di dalam hutan. Berikut akan disebutkan nilai-nilai yang dijelaskan dalam ayodhya kanda :

a).   Rama dengan penuh tanggung jawab menjalankan perintah permaisuri keikayi

b).   Laksamana menemani Sri rama dan Dewi Sita sebagai seorang brahmana

c).   Dewi Sita dengan penuh pengabdian mengikuti Sri Rama mengasingkan diri ke dalam Hutan

d). Rama, Sita dan Laksamana melakukan padasevanam pada prabu dasaratha sebelum meninggalkan istana

e).   Laksamana dengan penuh keberanian mengalahkan raksasa Sastrabahu

 

Nilai-nilai pitra yadnya dalam Ayodhya kanda yang tercermin dalam penjelasan tersebut adalah….

  1. a, b dan e
  2. b, c dan d
  3. a, dan d
  4. d dan e
  5. c, d dan e

 

JAWABAN : C

  1. Perhatikan gambar berikut

 

Jelaskanlah makna filosofi yang terkandung dalam upacara “ngaben” sebagai bentuk pelaksanaan upacara  pitraYajňa?

Jawab :

Secara garis besarnya Ngaben adalah untuk memproses kembalinya Panca Mahabhuta di alam besar ini dan mengantarkan Atma (Roh) ke alam Pitra dengan memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi itu. Dengan memutuskan kecintaan Atma (Roh) dengan dunianya, Ia akan dapat kembali pada alamnya, yakni alam Pitra. Kemudian yang menjadi tujuan upacara ngaben adalah agar ragha sarira (badan / Tubuh) cepat dapat kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma dapat selamat dapat pergi ke alam pitra.

Iklan

Diterbitkan oleh Ni Made Adnyani

Aku suka Menulis, aktifitas Mengajar dan Yoga

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: