Tak Lagi Mencela, Tak Lagi Memuji: Hanya Mengamati

NM. Adnyani

Gambar Hanya pemanis

Ada dua tipe manusia yang terlihat sangat berbeda, namun keduanya menyimpan kecemasan yang sama. Yang pertama, menganggap dirinya penuh dosa, tak layak, dan selalu merasa bersalah. Yang kedua, merasa dirinya mulia, berbudi, dan sering membanggakan pencapaiannya. Sekilas bertolak belakang, namun keduanya terjebak dalam jerat pikiran sendiri. Mereka cemas, gelisah, dan jauh dari damai.

Mengapa demikian?

Karena keduanya hidup di dalam penghakiman. Yang satu menghukum diri, yang lain memuja diri. Keduanya tidak benar-benar melihat diri apa adanya, melainkan melalui lensa mental yang bias dan penuh beban. Keduanya membutuhkan hal yang sama: kepuasan mental. Dan itu tidak datang dari penilaian, pujian, atau penyesalan. Itu hanya bisa ditemukan dalam keheningan batin—dalam meditasi.

Sathya Sai Baba mengatakan bahwa pemahaman akan tumbuh dari meditasi, dan dari pemahaman itu lahir kebijaksanaan. Tetapi meditasi bukan sesuatu yang bisa diraih hanya karena tahu bahwa itu penting. Harus ada keinginan yang menyala. Keinginan itu harus kuat, lebih kuat dari kemalasan, lebih besar dari keraguan, dan lebih tahan dari segala bentuk godaan untuk lari.

Keinginan untuk berubah adalah benih dari usaha. Tanpa keinginan, tidak ada gerak. Tanpa usaha, keinginan tetap angan. Maka dalam setiap langkah meditasi, kita sesungguhnya sedang menjawab pertanyaan terdalam dari hidup: siapkah aku mengenali diriku sendiri, tanpa topeng dosa dan tanpa bayang mulia?

Meditasi tidak menuntut kita menjadi orang lain. Ia hanya meminta kita diam, jujur, dan hadir. Di situlah pemahaman lahir, bukan karena kita diberi tahu, tapi karena kita melihat sendiri.

Dan ketika kita mulai melihat, kecemasan pun memudar.

Kita tidak perlu menjadi sempurna untuk mengalami kedamaian. Kita hanya perlu hadir sepenuhnya dalam keheningan, dalam keinginan tulus untuk mengerti diri.

Guru Tamu Bank Indonesia: Menanamkan Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah di SMAN 1 Bontang

NM. Adnyani

Bontang — Suasana Aula SMA Negeri 1 Bontang dipenuhi semangat dan antusiasme siswa kelas X pada Selasa, 29 April 2025. Kegiatan Guru Tamu kali ini menghadirkan narasumber dari Bank Indonesia dalam program literasi keuangan bertajuk “Cinta Rupiah”, yang bertujuan menanamkan nilai-nilai Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah kepada generasi muda.

Dua narasumber dari Bank Indonesia, Bapak Erwin Firman Jaya dan Bapak Mahardika Wicaksono Putra, hadir sebagai pemateri utama. Keduanya menjabat sebagai Administrator Perkasaan di Bank Indonesia. Acara difasilitasi oleh Ibu Ni Made Adnyani dengan dukungan dari para guru dan tim jurnalistik SMANSA yang turut mendokumentasikan kegiatan.

Sesi pembuka menghadirkan pengenalan mendalam mengenai peran strategis Bank Indonesia dalam pengelolaan mata uang Rupiah, mencakup proses perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan, penarikan, hingga pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar.

Fokus utama kegiatan adalah pengenalan konsep CBP Rupiah (Cinta, Bangga, Paham Rupiah):

Cinta Rupiah, diwujudkan dengan mengenali keaslian uang dan merawatnya agar tetap layak edar. Bangga Rupiah, ditanamkan sebagai bentuk penghargaan terhadap Rupiah sebagai simbol kedaulatan dan pemersatu bangsa. Paham Rupiah, mengajak siswa memahami fungsi uang dalam sistem ekonomi nasional.

Narasumber juga memaparkan prestasi membanggakan, yaitu Uang Rupiah Tahun Emisi 2022 yang meraih penghargaan Best New Banknote Series dalam IACA Awards 2023. Rupiah TE 2022 berhasil unggul dari berbagai nominasi internasional berkat inovasi unsur pengaman, integrasi nilai sejarah dan budaya, serta estetika desain uang kertas.

Edukasi dilanjutkan dengan kampanye “5J” untuk menjaga kualitas uang Rupiah: Jangan Dilipat, Jangan Dicoret-coret, Jangan Diremas, Jangan Distapler, dan Jangan Dibasahi. Para siswa juga dikenalkan pada ciri-ciri uang palsu serta prosedur penukaran uang rusak sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Sesi berlangsung semakin menarik ketika narasumber membagikan lampu ultraviolet kepada siswa untuk memeriksa keaslian uang kertas. Fitur keamanan yang tersembunyi pada uang Rupiah terlihat jelas, menumbuhkan rasa kagum dan bangga para peserta.

Sebagai penutup, diputar film pendek produksi Bank Indonesia yang menggambarkan nilai-nilai penting dari Rupiah. Sesi tanya jawab berlangsung aktif dan apresiatif; siswa yang berani bertanya mendapatkan suvenir menarik dari narasumber. Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat literasi keuangan siswa serta menumbuhkan kebanggaan terhadap Rupiah sebagai bagian dari identitas bangsa.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai