Prahlada: Anak yang Dicintai Tuhan

Bhagavata Purana, Skanda 7

Pada suatu zaman di bumi ini, hiduplah seorang raja raksasa yang sangat kuat. Namanya Hiranyakashipu. Ia memiliki istana megah, tentara yang banyak, dan kekuasaan atas seluruh dunia. Tapi ada satu hal yang sangat ia inginkan lebih dari segalanya.

“Aku ingin semua makhluk menyembahku sebagai Tuhan!” katanya dengan mata menyala-nyala.

Ia pun pergi bertapa lama sekali hingga Dewa Brahma muncul dan memberi anugerah: tak ada yang bisa membunuhnya—bukan manusia, bukan binatang, bukan di siang atau malam, bukan di dalam atau di luar rumah, bukan di darat, air, atau udara. Dengan merasa tak terkalahkan, Hiranyakashipu jadi sombong dan melarang siapa pun menyembah Tuhan Vishnu.

Tapi… Tuhan punya rencana yang berbeda.

Kelahiran Prahlada

Di istana Hiranyakashipu, lahirlah seorang bayi laki-laki mungil yang diberi nama Prahlada. Ia tumbuh menjadi anak yang ramah, bijak, dan penuh kasih. Sejak dalam kandungan, ibunya pernah tinggal di asrama seorang resi bijak bernama Narada Muni, yang mengajarkan tentang cinta kepada Tuhan Vishnu.

Itulah sebabnya, sejak kecil, Prahlada sangat mencintai Tuhan Vishnu. Ia suka duduk tenang dan menyanyikan nama Tuhan:

“Om Namo Narayanaya… Om Namo Narayanaya…”

Ia tahu, Tuhan ada di mana-mana. Di bunga, di udara, di hati setiap makhluk, bahkan di dalam dirinya sendiri.

Raja yang Murka

Ketika ayahnya tahu bahwa Prahlada menyembah Tuhan Vishnu, ia sangat marah.

“Kenapa kau menyembah musuhku? Aku ini rajamu, ayahmu, dan Tuhammu!” teriak Hiranyakashipu.

Tapi Prahlada menjawab lembut:

“Ayah, Tuhan Vishnu bukan musuh. Ia adalah sahabat semua makhluk. Ia juga Tuhan ayah.”

Hiranyakashipu gemetar karena amarah. Ia memerintahkan pasukan untuk menghukum Prahlada agar berhenti mencintai Vishnu.

Ujian-ujian Ajaib

Tapi sesuatu yang aneh terjadi…

Ketika Prahlada dilempar ke dalam api, api tak membakarnya. Api justru menjilat bibi Holika yang jahat, sementara Prahlada duduk tenang sambil menyebut nama Tuhan. Ketika gajah besar menginjaknya, gajah itu malah berlutut dan memeluk Prahlada. Ketika ular berbisa mengelilinginya, ular-ular itu tidur tenang seolah mendengar nyanyian yang menenangkan. Ketika diracun, racun itu berubah menjadi manis seperti air kelapa.

Setiap kali Prahlada disiksa, ia tidak pernah menangis. Ia hanya tersenyum dan berdoa, karena ia tahu Tuhan selalu ada di sisinya.

Pilar dan Keajaiban

Suatu hari, Hiranyakashipu semakin tidak sabar.

“Kalau Tuhanmu memang ada di mana-mana,” katanya, “apakah Dia ada di dalam pilar ini?”

Prahlada mengangguk yakin. “Ya, Ayah. Tuhan ada di mana saja. Bahkan di pilar ini.”

Dengan amarah membara, Hiranyakashipu memukul pilar itu sekuat tenaga. Dan… BRAAAKK!

Dari dalam pilar muncul cahaya besar, lalu suara menggelegar:

“AUMMMM!!!”

Keluar dari pilar itu sosok menakjubkan—setengah manusia, setengah singa—dialah Narasimha, perwujudan Tuhan Vishnu!

Tuhan Memeluk Prahlada

Dengan kekuatan dahsyat, Narasimha mengangkat Hiranyakashipu, membaringkannya di ambang pintu (bukan di dalam atau luar), saat senja (bukan siang atau malam), dan membunuhnya dengan cakarnya (bukan senjata).

Tapi setelah itu, Tuhan Narasimha masih sangat marah.

Tak ada satu dewa pun yang berani mendekat… kecuali Prahlada.

Anak kecil itu mendekat perlahan, menatap wajah singa Tuhan dengan penuh cinta, lalu bersujud.

“Tuhan… Aku tidak takut pada ayahku. Aku hanya takut melupakan-Mu.”

Mendengar itu, Narasimha tersenyum dan memeluk Prahlada. Amarah-Nya pun mereda. Tuhan berkata:

“Engkau adalah anak-Ku yang sejati. Kau telah menunjukkan bahwa cinta dan kepercayaan bisa mengalahkan kekuatan paling jahat sekalipun.”

Prahlada Sang Raja Bijak

Setelah itu, Prahlada diangkat menjadi raja. Tapi ia tak pernah sombong. Ia tetap sederhana, ramah, dan penuh kasih. Ia mengajarkan kepada semua orang untuk berdoa, jujur, dan tidak takut mencintai Tuhan, bahkan dalam keadaan sulit.

🌼 Pesan untuk Anak-anak:

Seperti Prahlada, kalau kita setia pada kebaikan, berani mencintai Tuhan, dan tidak membalas kejahatan dengan kebencian… maka Tuhan pun akan selalu melindungi dan memeluk kita dalam kasih-Nya yang luas tak terhingga.

Sesi II Seminar Penguatan Karakter SMAN 1 Bontang: Tanamkan Nasionalisme dan Kebhinekaan di Kalangan Siswa

Sahira Prameswari Putri

Bontang, 25 Juli 2025 – Sesi kedua dari rangkaian Seminar Penguatan Karakter di SMAN 1 Bontang sukses digelar pada Kamis, 24 Juli 2025, mulai pukul 13.00 hingga 16.00 WITA, bertempat di Aula sekolah. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan Rapor Mutu Sekolah, khususnya pada indikator iklim keamanan dan iklim kebhinekaan, serta bertujuan menumbuhkan karakter siswa yang nasionalis, toleran, dan bertanggung jawab.

Nasionalisme sebagai Fondasi Kebhinekaan

Materi dalam sesi kedua ini disampaikan oleh narasumber dari Babinsa Bontang Utara, yaitu Peltu Humam, yang mengangkat tema “Kebhinekaan dan Nasionalisme: Pilar Bangsa yang Tangguh”.

Dalam pemaparannya, Peltu Humam menekankan pentingnya membangun sikap toleransi dan semangat kebangsaan sejak dini, terutama di lingkungan sekolah yang majemuk.

“Kemerdekaan Indonesia tidak lahir dari satu kelompok saja. Ia lahir karena semangat persatuan dalam keberagaman. Kita harus terus menjaga itu,” ujarnya.

Beliau juga mengajak siswa untuk menyadari bahwa nasionalisme tidak sekadar simbolik, tetapi harus tercermin dalam sikap menghormati perbedaan, menjaga kerukunan, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Suasana Patriotik dan Partisipatif

Kegiatan berlangsung interaktif dan inspiratif. Para siswa menyambut materi dengan antusias, terutama saat sesi menyanyikan lagu-lagu nasional dan pembacaan Sumpah Pemuda yang dipandu bersama narasumber.

Beberapa siswa pun memberikan tanggapan dan refleksi pribadi mereka:

🔹 Prameswari (XI) menyampaikan,

“Saya bangga bisa menjadi bagian dari Indonesia yang beragam. Materi ini membuat saya lebih paham bahwa menjaga persatuan dimulai dari diri sendiri.”

🔹 Chalika (XI) juga menambahkan,

“Sesi ini membekali kami untuk menjadi pelajar yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter kuat dan menghargai perbedaan.”

Penyerahan Sertifikat Apresiasi

Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi dalam menyukseskan seminar ini, panitia memberikan sertifikat apresiasi kepada narasumber, Peltu Humam. Sertifikat diserahkan langsung oleh Ibu Ni Made Adnyani, S.Ag., M.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas dan juga Ketua Panitia Seminar Penguatan Karakter.

Dalam sambutannya, Ibu Adnyani menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini adalah bagian dari proses membangun generasi yang sadar Kebhinekaan

“Kami ingin siswa SMAN 1 Bontang menjadi generasi yang bukan hanya unggul secara akademis, tetapi juga bijak bersikap dalam keberagaman. Nasionalisme itu harus hidup dalam tindakan,” tegasnya.

Langkah Nyata Menuju Sekolah yang Aman dan Inklusi

Seminar Penguatan Karakter ini menjadi langkah nyata SMAN 1 Bontang dalam menciptakan iklim sekolah yang ramah, aman, dan mendukung keberagaman. Melalui sesi kedua ini, diharapkan para siswa tidak hanya menyerap pengetahuan, tetapi juga membentuk sikap positif yang memperkuat persatuan dan membangun budaya sekolah yang toleran dan inklusif.

📝 Editor: NM. Adnyani

📸 Dokumentasi oleh Jurnalistik SMANSA dan Mahasiswa KKN Universitas Mulawarman

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai