
Cinta seharusnya membuat kita merasa utuh, dihargai, dan dicintai sepenuh hati. Namun, bagaimana jika cinta justru membuat kita merasa terluka, tidak dihormati, dan hanya ada di waktu-waktu tertentu? Aku pernah merasakannya. Dan aku memutuskan untuk menyelamatkan diriku sendiri.
Ketika Cinta Menjadi Luka
Awalnya, aku percaya bahwa cinta bisa mengatasi segalanya. Aku berpikir bahwa selama aku mencintai dengan tulus, semuanya akan baik-baik saja. Tapi seiring waktu, aku mulai menyadari sesuatu yang menyakitkan: aku tidak dihargai seperti seharusnya. Aku hanya dicintai dalam momen-momen tertentu, seolah aku hanyalah seseorang yang bisa diabaikan ketika tidak dibutuhkan.
Aku mencoba bertahan. Aku mencari alasan, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa semua ini hanya sementara, bahwa aku bisa menerima keadaannya. Tapi semakin lama aku bertahan, semakin aku kehilangan diriku sendiri. Aku menjadi seseorang yang terus berharap, tetapi selalu kecewa.
Aku tahu bahwa melepaskan bukan hal yang mudah. Ada cinta yang masih tinggal, ada kenangan yang terus menghantui. Tapi pada satu titik, aku bertanya pada diriku sendiri:
“Jika aku terus bertahan di hubungan ini, apakah aku akan bahagia?”
Jawabannya adalah tidak. Aku semakin lelah, semakin merasa tidak berarti. Aku sadar, aku harus menyelamatkan diriku sendiri. Bukan karena aku berhenti mencintainya, tetapi karena aku mulai mencintai diriku lebih dari hubungan yang menyakitkan ini.
Aku tidak ingin terus-menerus menangis karena seseorang yang bahkan tidak menghormatiku. Aku tidak ingin merasa seperti mainan yang bisa dipakai dan ditinggalkan sesuka hati. Aku ingin bebas. Aku ingin bahagia. Aku ingin kembali menjadi diriku sendiri—seseorang yang layak dicintai dengan tulus, tanpa syarat, tanpa batas waktu.
Melepaskan bukan berarti melupakan begitu saja. Ada hari-hari ketika rasa sakit kembali datang, ketika kenangan masih berputar di kepala, ketika hati masih terasa berat. Tapi aku belajar untuk menerima semuanya sebagai bagian dari proses penyembuhan.
Jika kamu berada dalam hubungan yang membuatmu merasa tidak dihargai, aku ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian. Aku pernah ada di posisimu, dan aku tahu betapa sulitnya mengambil keputusan untuk pergi. Tapi percayalah, kamu berhak mendapatkan lebih dari sekadar cinta yang datang di waktu-waktu tertentu.
Kamu pantas dicintai dengan sepenuh hati. Kamu pantas dihormati dan diperjuangkan. Dan jika seseorang tidak bisa memberikan itu kepadamu, maka lepaskanlah. Karena dengan melepaskan, kamu sedang membuka ruang bagi sesuatu yang jauh lebih baik di masa depan.
Luka ini tidak akan selamanya. Suatu hari nanti, kamu akan bangun di pagi hari tanpa lagi merasa sakit. Kamu akan tersenyum, bukan karena seseorang memberimu cinta, tetapi karena kamu telah menemukan cinta yang paling berharga—cinta untuk dirimu sendiri.
Artikel ini adalah surat untuk diriku sendiri, dan mungkin juga untukmu yang sedang berjuang. Aku ingin kamu tahu bahwa kamu kuat, dan kamu akan melalui ini. Kamu tidak sendiri. Aku di sini, memahami dan mendukungmu.
Dengan cinta dan keberanian,
Lalita



