Pisah Kenang Guru dan Tenaga Kependidikan SMAN 1 Bontang: Menghargai Dedikasi dan Pengabdian

NM.Adnyani

Bontang, 22 Februari – Suasana haru dan penuh kehangatan menyelimuti acara pisah kenang guru dan tenaga kependidikan SMAN 1 Bontang yang diselenggarakan di aula sekolah. Acara ini merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi dan pengabdian para guru serta tenaga kependidikan yang telah mengabdikan diri untuk mencerdaskan generasi muda.

Dalam kesempatan istimewa ini, keluarga besar SMAN 1 Bontang dengan penuh rasa syukur dan bangga melepas delapan sosok inspiratif yang telah memberikan kontribusi luar biasa selama masa tugas mereka:

✨ Rudi Dwi Santoso
✨ Rini Hamsky, S.Pd Kim
✨ Antonia Bulan Juk
✨ Dra. Umi Mastur
✨ Agus Hariyanto, S.Si
✨ Uli Suheli
✨ SDA Budi
✨ Suliati

Acara diawali dengan doa dan sambutan dari Kepala SMAN 1 Bontang, yang menyampaikan rasa terima kasih mendalam atas jasa dan dedikasi GTK dalam mendidik dan membimbing siswa-siswi. “Setiap langkah dan kontribusi yang Bapak/Ibu berikan telah menjadi bagian penting dalam perjalanan sekolah ini. Kami akan selalu mengenang semangat dan ketulusan yang telah ditanamkan di SMAN 1 Bontang,” ungkap beliau.

Selain sambutan, acara juga dimeriahkan dengan persembahan dari para siswa, mulai dari puisi, hingga lagu kenangan. Suasana semakin mengharukan ketika perwakilan guru dan tenaga kependidikan yang dilepas memberikan pesan dan kesan terakhir.

“Terima kasih kepada seluruh rekan guru, tenaga kependidikan, serta siswa-siswi yang telah menjadi bagian dari perjalanan kami. Kenangan indah di SMAN 1 Bontang akan selalu tersimpan di hati,” ujar Ibu Umi Mastur salah satu guru yang berpamitan.

Pesan dan Kesan dari Ketua OSIS/perwakilan siswa Azizah K. juga menyampaikan rasa Terima kasih atas bimbingan para guru dan bantuan dari para tenaga kependidikan.

Sebagai bentuk penghormatan, sekolah juga memberikan cinderamata kepada para guru dan tenaga kependidikan yang purna tugas sebagai simbol kenangan dan rasa terima kasih atas dedikasi yang telah mereka berikan.

Acara diakhiri dengan sesi bersalaman dan sesi foto sebagai kenang-kenangan terakhir sebelum mereka melanjutkan perjalanan baru di tempat yang berbeda. Semoga para guru dan tenaga kependidikan yang berpamitan ini senantiasa sukses dan bahagia dalam setiap langkah yang mereka tempuh ke depan. Terima kasih atas ilmu, kebersamaan, dan pengabdian yang telah diberikan.

Penulis juga ingin menyampaikan Terima kasih kepada para siswa yang turut membantu dan memeriahkan acara diantaranya ananda Glory, Caca, Tim akustik, Azam, Sunme, Debora dan partnernya

Salam hormat dan doa terbaik dari kami, keluarga besar SMAN 1 Bontang.

PisahKenangSMAN1Bontang #TerimaKasihGuruku

Projection Bias: Ketika Pikiran Kita Menipu Diri Sendiri

NM. Adnyani

Pernah nggak sih merasa yakin banget kalau sesuatu yang kita inginkan sekarang akan tetap kita inginkan di masa depan? Atau berpikir bahwa perasaan kita saat ini akan bertahan lama? Kalau iya, mungkin kita sedang mengalami projection bias.

Apa Itu Projection Bias?

Projection bias adalah kecenderungan seseorang untuk mengasumsikan bahwa perasaan, keinginan, atau keadaan pikirannya saat ini akan bertahan di masa depan. Sederhananya, kita sering keliru memprediksi diri sendiri—menganggap apa yang kita rasakan sekarang akan sama dengan yang kita rasakan nanti.

Misalnya, pernah nggak belanja dalam keadaan lapar dan akhirnya beli makanan terlalu banyak? Saat itu, kita berpikir bahwa rasa lapar kita akan bertahan lama, padahal nanti setelah makan, kita sadar kalau ternyata nggak butuh sebanyak itu. Itu contoh klasik projection bias dalam kehidupan sehari-hari.

Bias ini juga sering muncul dalam hubungan pertemanan. Misalnya, pengalaman seorang teman yang setahun lalu ingin melihat rumah baruku. Saat itu, aku nggak mengizinkannya, dan aku pikir dia akan melupakan permintaan itu. Tapi ternyata, setahun kemudian, dia masih ingin melihat rumahku—bahkan tetap bersikeras meskipun kami bukan teman akrab.

Mungkin di pikirannya, keinginannya tahun lalu masih valid sampai sekarang. Dia tidak mempertimbangkan bahwa waktu sudah berlalu, keadaan bisa berubah, dan aku mungkin punya alasan sendiri untuk tetap tidak mengizinkannya. Ini contoh kecil bagaimana projection bias bisa membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya tanpa mempertimbangkan perubahan situasi atau perasaan orang lain.

Di dunia percintaan, projection bias bisa lebih kompleks. Banyak orang yang, ketika jatuh cinta, merasa bahwa perasaan mereka akan bertahan selamanya dengan intensitas yang sama. Mereka berpikir bahwa pasangan yang membuat mereka bahagia hari ini akan selalu bisa melakukannya di masa depan.

“Aku akan selalu mencintaimu seperti hari ini.” Begitulah yang di ucapkan. Saat hubungan masih hangat dan penuh kebahagiaan, kita cenderung percaya bahwa rasa cinta ini akan tetap sama selamanya. Padahal, perasaan dalam hubungan bisa berubah, berkembang, atau bahkan memudar seiring waktu dan keadaan.

Di awal hubungan, pasangan mungkin memiliki tujuan dan impian yang selaras. Tapi seiring waktu, bisa saja ada perubahan dalam prioritas atau pandangan hidup. Menganggap bahwa pasangan akan tetap sama tanpa mempertimbangkan pertumbuhannya bisa menimbulkan konflik.

Ada orang yang tetap bertahan dalam hubungan karena berpikir bahwa sifat buruk pasangannya tidak akan berkembang menjadi lebih buruk. Padahal, manusia selalu berubah, baik ke arah yang lebih baik maupun sebaliknya.

Banyak pasangan yang terburu-buru menikah karena merasa sangat bahagia di fase awal hubungan, tanpa mempertimbangkan bagaimana mereka akan menghadapi tantangan di masa depan.

Bias ini terjadi karena otak kita cenderung “terjebak” dalam keadaan saat ini. Kita sulit membayangkan bagaimana perasaan atau keadaan kita di masa depan. kurang perspektif jangka panjang menjadi penyebab Kita cenderung memikirkan apa yang kita rasakan sekarang sebagai sesuatu yang tetap.

Overestimasi emosi juga membuat kita terjebak dalam bias ini. Saat kita merasa sangat ingin sesuatu, kita berpikir keinginan itu akan bertahan lama.

Kita perlu Sadar bahwa perasaan bisa berubah – Ingat bahwa apa yang kita inginkan sekarang mungkin tidak kita inginkan nanti. Ambil jarak sebelum membuat keputusan besar sangat penting – Jangan mengambil keputusan besar saat sedang emosional. Komunikasikan dengan pasangan – Jangan hanya berasumsi bahwa pasangan akan selalu berpikir atau merasa seperti kita. Pikirkan kemungkinan perubahan dalam hidup – Apakah kita siap jika pasangan berubah? Apakah kita bisa menerima pertumbuhan dan perubahan dalam hubungan?

Projection bias adalah hal yang wajar, tapi dengan menyadarinya, kita bisa lebih bijak dalam memahami diri sendiri dan orang lain, baik dalam pertemanan maupun percintaan. Jadi, kalau ada seseorang yang terus meminta sesuatu dari kita meskipun sudah lama berlalu, atau kalau kita merasa hubungan asmara kita akan selamanya berjalan mulus tanpa perubahan, mungkin itu saatnya untuk berhenti sejenak dan berpikir lebih realistis.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai